Jelang Akhir Jabatan Trump, Ahli: Dia Bisa Lancarkan Tindakan Militer Sembrono Pada Iran

3 Januari 2021, 16:10 WIB
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /The Magazine

PR BEKASI – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikatakan oleh para ahli dapat melancarkan tindakan militer “sembrono”  terhadap Iran di hari-hari terakhirnya menjabat.

Hal tersebut menyusul ketegangan antara Teheran dan Washington yang kembali meningkat pada malam peringatan setahun terbunuhnya jenderal Iran Qassem Soleimani, Minggu, 3 Januari 2021.

Diketahui, AS menerbangkan pembom B-52 di kawasan teluk Arab sebanyak tiga kali dalam sebulan terakhir, paling baru pada Rabu, 30 Desember 2020 dalam apa yang disebut oleh pemerintahan Donald Trump sebagai tindakan untuk mencegah Iran membalas dendam.

Baca Juga: Jadwal Uji Coba Timnas U-19 di Spanyol Alami Perubahan, Berikut Jadwal Lengkapnya

Tetapi dengan sisa waktu kurang dari sebulan di Gedung Putih, Donald Trump berada di bawah tekanan dari sekutu utama di Timur Tengah, yaitu Israel dan Arab Saudi untuk mengambil tindakan terhadap Iran.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, hal tersebut dikatakan oleh pakar kebijakan luar negeri Iran-AS Danny Postel.

“Trump sangat terluka dan sangat terpojok dalam skenario permainan akhir. Dia punya beberapa minggu lagi, dan kami tahu bahwa dia mampu melakukan perilaku yang sangat tidak menentu. Mungkin saja tindakannya yang paling tidak menentu dan sembrono belum datang,” katanya.

Baca Juga: Hingga Desember 2020, IDI Catat 504 Petugas Kesehatan Gugur Akibat Covid-19, Tertinggi di Asia

Pada Sabtu, 2 Januari 2021, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berkata intelijen baru dari Irak menunjukkan bahwa agen Israel sedang merencanakan serangan terhadap orang Amerika dengan menempatkan Trump yang keluar terikat dengan casus belli palsu.

"Dia harus berhati-hati terhadap jebakan. Setiap kembang api akan menjadi bumerang yang buruk, terutama terhadap BFF (sahabat selamanya) yang sama,” katanya.

Awal pekan ini, Iran memperingatkan AS untuk tidak meningkatkan ketegangan menjelang peringatan setahun terbunuhnya Qassem Soleimani.

Baca Juga: Inalillahi! Dua Serangan di Niger Tewaskan 70 Warga Sipil

"Iran tidak mencari perang tetapi akan terbuka dan langsung membela rakyatnya, keamanan & kepentingan vitalnya," kata javad Zarif.

Para pejabat Iran telah berjanji akan membalas dendam dengan keras atas pembunuhan Qassem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada tahun lalu.

Namun, para ahli tidak yakin bahwa Teheran akan memberikan Donald Trump dalih untuk melancarkan konfrontasi militer sekarang karena Presiden terpilih AS Joe Biden, yang akan memulai kembali hubungan diplomatik dengan Teheran, akan dilantik pada 20 Januari 2021.

Baca Juga: Ini 5 Manfaat Kacang Merah untuk Kesehatan, Salah Satunya Cocok Turunkan Kolesterol

Joe Biden mengatakan dia berencana untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran, Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Kesepakatan Nuklir Iran merupakan kesepakatan penting yang ditandatangani selama pemerintahan Presiden Barack Obama yang melihat Iran membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Donald Trump menarik AS dari perjanjian pada 2018 sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" pemerintahannya terhadap Teheran, yang juga membuat Washington menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan pada beberapa industri utama Iran.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler