Banyak Mahasiswa Cari Sugar Daddy untuk Cari Penghasilan, Malaysia Ancam Blokir Aplikasi 'Sugarbook'

15 Februari 2021, 20:32 WIB
Ilustrasi iklan aplikasi Sugarbook. /Bernama

PR BEKASI – Pemerintah Malaysia baru-baru ini mengancam akan memblokir aplikasi kencan “Sugarbook” yang diduga berujung pada tindakan asusila.

Aplikasi Sugarbook diduga digunakan oleh beberapa mahasiswa perguruan tinggi di Malaysia yang berperan sebagai sugar baby untuk mencari sugar daddy untuk menambah penghasilan mereka.

Hal tersebut dikatakan oleh Wakil Menteri di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama), Datuk Ahmad Marzuk Shaary pada Senin, 15 Februari 2021 di Kota Bharu, Malaysia

"Aplikasi yang berujung pada kegiatan asusila, harus diblokir,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Bernama.

Baca Juga: Jusuf Kalla Sebut Kritik Din Syamsudin ke Pemerintah Wajar dan Bukan Persoalan Etika

Baca Juga: Viral! Diduga karena Rewel, Seorang Ayah Tiri Tega Hajar dan Cekik Anaknya Berkali-kali

Baca Juga: GAR ITB Ingin Sanksi Din Syamsuddin, JK: Dia Tidak Melanggar Etikanya sebagai ASN

Dirinya mengatakan, jika hal itu benar-benar terjadi di kalangan mahasiswa, pemerintah harus menindak tegas mereka yang terlibat. 

Ahmad Marzuk menambahkan para operator aplikasi merupakan salah satu yang harus ditindak tegas dikarenakan aplikasi yang mereka jalankan tersebut telah berujung pada tindakan asusila.

“Ini adalah sesuatu yang sangat menyedihkan bagi kami. Aplikasi tersebut harus dicegah agar tidak digunakan di negara kami,” katanya.

Baca Juga: Masih Usut Kasus Korupsi Bansos, KPK: Kami Tak Pernah Pandang Bulu, Itu Prinsip Kami!

“Aplikasi tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan hal-hal yang tidak benar dan melanggar hukum termasuk hukum syariah,” kata Ahmad Marzuk.

Telah dilaporkan bahwa semakin banyak mahasiswa negeri dan swasta di negara ini yang menggunakan aplikasi untuk mencari sugar daddy.

Para mahasiswa di Malaysia memilih menjadi Sugar baby untuk mendapatkan uang dengan mudah dalam menyelesaikan masalah keuangan mereka, terutama selama masa pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga: Tanggul Kali Bekasi di Pondok Gede Permai yang Amblas Akan Diperbaiki Mulai Malam Ini

Ahmad Marzuk mengatakan departemennya akan membiarkan masalah ini diselidiki oleh Kementerian Pendidikan Tinggi dan Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia untuk tindakan lebih lanjut yang akan diambil.

Sebelumnya, statistik menunjukkan sebanyak 12.705 mahasiswa perguruan tinggi di Malaysia terdaftar sebagai pengguna aplikasi Sugarbook.

Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Nasional Malaysia, Muhammad Amir Asyraf Mohd Sabri.

Baca Juga: PLN Beri Dikson Tagihan Listri Selama Tiga Bulan sebagai Stimulus Bantuan bagi Masyarakat

Dia juga mengatakan bahwa berdasarkan catatan, telah terjadi peningkatan lebih dari 40 persen dalam pendaftaran pengguna baru aplikasi tersebut karena tekanan keuangan yang timbul akibat situasi Covid-19.

“Pengguna baru aplikasi Sugarbook meningkat hingga 40 persen selama masa pandemi Covid-19 ini. Mayoritas para mahasiswa melakukannya untuk mendapatkan uang,” katanya.

Diketahui, Sugarbook sendiri merupakan aplikasi layanan kencan sugar daddy dan sugar baby terbesar di Asia.

Baca Juga: Akan Bom Pasukan Iran, Pesawat Tempur Israel Berhasil Dicegat Pertahanan Udara Suriah

Sugar baby adalah orang yang berada dalam jenis spesifik dari hubungan tertentu dan saling menguntungkan untuk tujuan ekonomi.

Pasangan laki-laki dari sugar baby sering kali disebut dengan sebutan sugar daddy atau om senang.

Sementara istilah bagi pasangan perempuan selain sugar baby yang kurang umum adalah sugar momma.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Bernama

Tags

Terkini

Terpopuler