PR BEKASI - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah memastikan seluruh negara mendapatkan vaksin Covid-19.
Pada beberapa waktu lalu WHO juga mengumumkan bahwa program tersebut adalah COVAX.
Covax dapat menjadi wadah agar WHO dapat mengontrol setiap negara yang tengah membutuhkan dosis vaksin Covid-19.
Baca Juga: Buntut Pemblokiran Outlet Media di Australia, Facebook Dikecam Komunitas Internasional
Diketahui bahwa seluruh negara di dunia masih dihadapkan dengan ancaman pandemi Covid-19.
Sehingga, vaksin Covid-19 tengah menjadi kebutuhan untuk mendukung program penanggulangan Covid-19.
Sebelumnya, sejumlah negara sudah mulai menggelar program vaksinasi Covid-19 secara bertahap.
Baca Juga: Soroti Masalah Kesejahteraan TNI, Jazuli Juwaini Ajak Menkeu dan Bappenas Cari Solusi
Namun pada kenyataannya, tidak semua negara dapat memenuhi kebutuhan dosis vaksin Covid-19.
Berdasarkan ketimpangan itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus membuat program vaksin Covid-19 gratis.
Vaksin Covid-19 gratis tersebut ditujukan bagi negara-negara dengan kategori miskin.
Baca Juga: Segera Hadapi UPA, Hotman Paris Minta Para Calon Advokat Belajar dengan Baik
Tak hanya itu, negara-negara yang tengah menghadapi konflik atau peperangan juga menjadi prioritas program vaksin Covid-19 gratis.
Selanjutnya, Ghebreyesus meminta negara-negara anggotanya untuk tidak menyumbangkan vaksin Covid-19 sendiri-sendiri.
Ia meminta meminta negara-negara tersebut untuk menyumbangkan via COVAX.
Baca Juga: Soroti Program Bansos Pemerintah Indonesia, Peneliti Sebut Efektivitas Tergantung Akurasi Data
Diketahui bahwa COVAX dibentuk WHO untuk mendistribusikan vaksin Covid-19.
Imbauan itu dikeluarkan Ghebreyesus usai mendapati negara-negara anggotanya menyumbangkan vaksin COVID-19 secara sepihak.
Salah satunya yakni China, negara tirai bambu itu menyumbang vaksin Covid-19 ke Afrika.
Baca Juga: Tiga 3 Universitas Muhammadiyah Sabet Posisi Teratas Peringkat Kampus Islam Terbaik Dunia
Sementara itu, Rusia menyumbangkan vaksin ke Amerika Latin.
Menurut Ghebreyesus, hal itu tidak menyelesaikan masalah ketimpangan distribusi vaksin Covid-19.
"Bantuan secara one on one seperti itu malah mengganggu upaya COVAX untuk menyetarakan distribusi vaksin Covid-19 di dunia," kata Ghebreyesus, dikutip oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia pada Jumat, 19 Februari 2021.
Baca Juga: Gibran Disebut Cocok Gantikan Anies, Christ Wamea: Dipimpin Bapaknya Saja Amburadul, Apalagi Anaknya
"Sumbangkan via COVAX untuk bantu kamu menyelesaikan masalah ketimpangan vaksin," kata Ghebreyesus, menambahkan.
Menurutnya, apabila mengacu pada pernyataan PBB pada Rabu kemarin, 75 persen suplai vaksin Covid-19 dikuasai oleh 10 negara saja.
Kesepuluh negara tersebut diketahui bahwa sebagian besarnya adalah negara-negara kaya.
Baca Juga: Blak-blakan, Adik Ayus Benarkan sang Kakak Menjalin Hubungan 'Terlarang' dengan Nissa Sabyan
Padahal, lanjutnya, masih ada 130 negara di dunia yang belum menerima satupun dosis vaksin Covid-19 hingga sekarang.
Ghebreyesus juga melanjutkan bahwa WHO bersedia menyesuaikan kebijakan distribusi vaksin Covid-19 oleh COVAX apabila negara anggota memiliki preferensi tertentu.
Ia mengklaim paham sejumlah bantuan diberikan ke suatu negara bukan karena faktor kebutuhan saja, tetapi kedekatan dan hubungan spesial.
Baca Juga: Sesuai Arahan Kapolri, Polisi Mulai Wajib Hadirkan Juru Bahasa Isyarat Setiap Jumpa Pers
"Apa yang kami bisa lakukan jika vaksin disumbangkan via COVAX," katanya.
"Bantuan untuk negara tertentu akan kami pastikan sampai ke sana sementara suplai yang kami punya dikirim ke negara lain," katanya, melanjutkan.
Ia juga memastikan tidak ada pengiriman ganda dan vaksin bisa terdistribusi secara rata.
Baca Juga: Cek Fakta: Usai SKB 3 Menteri Larang Jilbab, Kini Dikabarkan Muncul SK Gus Yaqut Larang Bahasa Arab
Adapun tantangan bagi WHO bakal berasal dari Uni Eropa di mana mengusai mayoritas pemesanan suplai vaksin Covid-19.
Mereka mengembangkan mekanisme distribusi sendiri, bukan bagian dari COVAX.
Hal itu besar kemungkinan dipicu kekesalan mereka soal suplai vaksin yang tidak sesuai target.
Baca Juga: TMA Pintu Air Pasar Ikan Berstatus Siaga 2, BPBD Jakarta Umumkan Sembilan Kawasan Waspada Banjir
Penasehat WHO, Bruce Aylward, mengatakan negara-negara kaya di Uni Eropa dan Kanada sesungguhnya sudah mendekatinya.
Mereka, kata Aylward, tertarik menggunakan jasa COVAX. Sayangnya, ketertarikan itu belum berubah menjadi langkah nyata.
"Banyak yang tertarik, tapi tidak ada kelanjutannya," ujar Aylward, menjelaskan soal tantangan distribusi vaksin Covid-19.
Baca Juga: Wagub DKI Minta Warga dan Aparat Waspada Banjir Besar di Jakarta pada 19-20 Februari 2021
Hingga saat ini, COVAX dikonfirmasi baru memegang suplai vaksin Covid-19 dari Pfizer dan AstraZeneca.***