Joe Biden Tuding Vladimir Putin sebagai Pembunuh, Rusia Panggil Pulang Dubesnya di AS

18 Maret 2021, 20:10 WIB
Presiden AS, Joe Biden (kiri) saat masih menjabat sebagai wakil presiden bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin beberapa waktu lalu. /REUTERS

PR BEKASI – Rusia pada Rabu, 17 Maret 2021 mengatakan akan memanggil pulang duta besarnya untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov untuk melaksanakan konsultasi.

Hal tersebut menjadi penanda terbaru meningkatnya ketegangan antara Moskow dan Washington.

Langkah untuk membawa Anatoly Antonov ke Moskow diumumkan tak lama setelah Presiden AS, Joe Biden menuduh Presiden Rusia, Vladimir Putin sebagai pembunuh.

Joe Biden juga memperingatkan Vladimir Putin untuk membayar perbuatannya atas dugaan campur tangan pada Pemilu AS November lalu.

Baca Juga: Andi Arief: Ibu Kota Baru di Kalimantan Mangkrak Jadi Dalil Tambah Jabatan 3 Periode

Baca Juga: (Hoaks atau Fakta) Polisi dan Jokowi Dikabarkan Minta Maaf ke Habib Rizieq soal Polemik Sidang Kemarin

Baca Juga: Pemain Sinetron Cinta Fitri Cynthiara Alona Tersandung Kasus Prostitusi Online di Hotel Miliknya 

Komentar Joe Biden muncul ketika laporan intelijen AS mengatakan Vladimir Putin memerintahkan operasi yang bertujuan membantu Donald Trump agar bisa mempertahankan jabatan Presiden AS.

Namun, Rusia menyangkal tuduhan campur tangan dalam Pemilu AS serta mengatakan AS melayangkan tuduhan tidak berdasar pada Vladimir Putin.

Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia di Washington mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Antonov akan meninggalkan AS pada Sabtu, 20 Maret 2021.

“Duta besar berunding dengan Presiden Putin untuk menemukan cara memperbaiki hubungan Rusia-AS yang berada dalam krisis setibanya di Moskow,” kata pernyataan tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.

Mereka menambahkan bahwa pernyataan tertentu yang dianggap buruk dari pejabat tinggi AS telah menempatkan hubungan yang sudah terlalu konfrontatif di bawah ancaman kehancuran.

Baca Juga: Timnas Putri Menang 15-0 Lewat Quatrick Zahra, Pelatih Rudy Eka Priyambada Masih Belum Puas 

Dalam pernyataan terpisah kemarin, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan saat ini Rusia sedang mencari cara ketika hubungan Rusia-Amerika yang memanas dalam beberapa tahun terakhir dapat diperbaiki.

"Kami tertarik untuk mencegah degradasi yang tidak dapat diubah jika Amerika menyadari risiko yang terlibat," katanya.

Hubungan Moskow dengan negara barat, yang sudah merana di posisi terendah pascaperang Dingin sejak 2014, telah mendapat tekanan baru atas pemenjaraan kritikus Kremlin Alexey Navalny.

Kekuatan Barat telah menuntut pembebasan Kremlin Alexey Navalny, seruan yang ditolak oleh Rusia sebagai campur tangan yang tidak dapat diterima dalam urusan dalam negerinya.

Dalam wawancara ABC News yang disiarkan kemarin, Joe Biden mengatakan masyarakat akan segera melihat ketika ditanya konsekuensi apa yang akan dihadapi Rusia atas dugaan perilakunya.

 Baca Juga: Sebut Tidak Ingin Dikibuli Lagi, Begini Alasan Amien Rais Bahas 3 Periode Presiden Jokowi

Presiden AS ke-47 tersebut juga menggambarkan Vladimir Putin sebagai sosok pemimpin yang tidak memiliki jiwa.

Ketika ditanya apakah menurutnya pemimpin Rusia, yang telah dituduh memerintahkan percobaan pembunuhan Kremlin Alexey Navalny dan saingan lainnya, adalah pembunuh, Joe Biden menjawab bersedia.

Komentarnya disiarkan saat Departemen Perdagangan AS memperketat sanksi pada beberapa ekspor ke Rusia sebagai hukuman atas dugaan percobaan pembunuhan Kremlin Alexey Navalny pada Agustus tahun lalu.

Mereka mengatakan langkah itu akan memperkuat pembatasan yang semula diberlakukan sebagai tanggapan atas percobaan pembunuhan pada Maret 2018 terhadap mantan perwira militer Rusia intelijen Sergei Skripal dan putrinya.

Namun, sekali lagi Moskow telah membantah peran apa pun dalam kedua kasus percobaan pembunuhan tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler