Turki Panggil Kedutaan China untuk Respons Soal Pengakuan Muslim Uighur?

7 April 2021, 18:25 WIB
Seorang demonstran yang mengenakan topeng berpartisipasi dalam protes terhadap Konselor Negara China dan kunjungan Menteri Luar Negeri Wang Yi, di Istanbul, Turki, 25 Maret 2021. REUTERS / Kemal Aslan / File Photo /

PR BEKASI – Pemerintah Turki memanggil Duta Besar China untuk Turki, setelah Kedutaan China menyatakan memiliki "hak untuk menanggapi" kritik yang dilontarkan para pemimpin oposisi Turki kepada negaranya.

Para pemimpin oposisi di Turki beberapa waktu lalu mengkritik perlakuan China terhadap Muslim Uighur Tiga Dekade lalu.

Pemanggilan itu terlaksana pada hari Selasa, 6 Maret 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 7 Maret 2021.

Baca Juga: Ditanya Netizen Soal Royalti Hak Cipta dan Musik, Iwan Fals: Alhamdulillah Lah

Para politisi, pemimpin Partai IYI, Meral Aksener dan Walikota Ankara, Mansur Yavas, dari Partai Rakyat Republik (CHP), keduanya merupakan partai oposisi di Turki.

Mereka telah menandai apa yang mereka sebut sebagai peringatan 31 tahun pemberontakan singkat oleh Uighur melawan pemerintah China yang terjad di ujung barat Tirai Bambu.

Aksener melalui Twitter miliknya mengatakan. "kami tidak akan tinggal diam tentang penganiayaan mereka" dan para martir.

Baca Juga: Pemerintah Gegas Tetapkan Lokasi Titik Nol Ibu Kota Baru di Kaltim

Sementara Yavas mengatakan "kami masih merasakan sakitnya pembantaian itu" yang terjadi pada tahun 1990.

Duta Besar Liu Shaobin dipanggil ke kementerian setelah kedutaannya menanggapi mengutip ulang cuitan kedua tokoh tersebut sebagai tanggapan.

"Pemerintah China dengan tegas menentang siapapun yang berkuasa baik dengan cara apa pun untuk menantang kedaulatan China dan integritas territorial serta sangat mengutuk kejadian itu," kata pihak Kedutaan China.

Baca Juga: Terbatas! Warga Bekasi Buruan Daftar BPUM Rp1.2 Juta, Berikut Cara dan Persyaratannya

"Pihak China memiliki hak yang sah untuk menanggapi," sambunganya.

Sebanyak 40.000 orang Muslim Uighur di Turki telah mengkritik pendekatan pemerintah Turki ke Beijing setelah China menyetujui perjanjian ekstradisi pada bulan Desember.

Mereka khawatirkan dapat menyebabkan mereka dikirim kembali ke China untuk menghadapi tuduhan tidak jelas yang telah mereka bantah.

Ratusan protes terjadi saat Menteri Luar Negeri China mengunjungi Ankara bulan lalu.

Baca Juga: Soroti Royalti Hak Cipta Lagu, Kunto Aji Izinkan Pengamen Bawakan Lagunya Gratis

Pakar PBB memperkirakan setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya ditahan di pusat penahanan di Xinjiang, China barat laut.

Para saksi dan aktivis mengatakan bahwa China berusaha untuk secara paksa mengintegrasikan Uighur ke dalam budaya mayoritas Han.

Yakni dengan menghapus adat istiadat Islam, termasuk dengan memaksa Muslim untuk makan daging babi dan minum alkohol, yang dilarang oleh keyakinan mereka.

Amerika Serikat mengatakan pada Januari 2021, China telah melakukan "genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan" dengan menindas orang Uighur.

Namun China telah berulang kali menolak tuduhan genosida dan kejahatan yang dilakukannya terhadap komunitas Uighur di wilayah Xinjiang.

Diketahui hubungan China dengan Muslim Uighur pernah Meletus pada tahun 1990 peristiwa tersebut dikenal dengan ‘The Xinjiang Conflict’.***

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler