Perebutkan Kursi PM Israel, Perolehan Suara Naftali Bennet dengan Benjamin Netanyahu Beda Tipis

14 Juni 2021, 11:37 WIB
Naftali Bennett resmi menjadi PM Israel dengan perolehan suara beda tipis dengan lawannya, Benjamin Netanyahu. /Miriam Alster/Pool via REUTERS and REUTERS/Ammar Awad


PR BEKASI - Warga Israel tengah menyambut pergantian pemimpin negara mereka, meskipun diantara mereka tudak seliruhnya mendukung Naftali Bennett.

Seperti diketahui bahwa politisi sayap kanan dari Partai Yamina, Naftali Bennett, resmi menjadi Perdana Menteri (PM) Israel yang baru.

Naftali Bennett menggantikan Benjamin Netanyahu yang sudah memimpin Israel selama kurang lebih 12 tahun.

Hal itu dipastikan dalam proses voting di Knesset, Parlemen Israel, pada Minggu, 13 Juni 2021 kemarin.

Baca Juga: Joe Biden Ucapkan Selamat pada Naftali Bennett, Tegaskan Akan Tetap Dukung Keamanan Israel

Dalam pemilihan PM Israel tersebut, Naftali Bennet menang tipis dan lebih unggul dari Benjamin Netanyahu.

Penghitungan suara menunjukkan hasil 60-59 untuk susunan pemerintahan yang baru.

Pemerintahan baru itu sendiri adalah koalisi gado-gado, terdiri atas berbagai unsur mulai dari partai sayap kanan, sayap kiri, sentris, dan juga Arab.

"Terima kasih terhadap segala pencapaian dan jasa yang telah Netanyahu berikan," ujar Bennett ketika pemerintahan baru disahkan Parlemen Israel, M, 13 Juni 2021 waktu setempat, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters.

Baca Juga: Benjamin Netanyahu Terancam Lengser, Tuduh Koalisi Naftali Bennett Wujud Kecurangan Pemilu Israel

Di luar gedung parlemen, kemenangan Bennett dirayakan. Warga menyebutnya sebagai pemerintahan baru sembari berharap Israel berubah setelah Netanyahu pergi.

"Saya di sini untuk merayakan berakhirnya sebuah era. Saya berharap pemerintahan yang baru akan sukses dan mempersatukan kami semua," kata Biezuner sambil mengibarkan bendera di alun-alun Rabin, Tel Aviv.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu menyalami Naftali Bennett setelah ia dipastikan kalah.

Sebelumnya, Benjamin Netanyahu kerap menyebut lawanjya, Naftali Bennett sebagai "pengkhianat".

Baca Juga: Para Rabi di Israel Rilis Surat Terbuka, Tolak Naftali Bennett Jadi Perdana Menteri

Pasalnya, Benjamin Netanyahu pernah menyiapkan mantan Kepala Staf PM itu untuk memperkuat koalisi sayap kanan dan membantunya mempertahankan kursi PM.

Meski kalah, Netanyahu menegaskan dirinya tidak akan hilang lama.

Ia memperingatkan bahwa dirinya akan kembali lagi ke pemerintahan, cepat atau lambat.

"Jika takdir membuat kami menjadi oposisi yang baru, maka kami akan menjalankan fungsi itu sepenuh hati hingga berhasil menggantikan (pemerintahan baru)," kata Benjamin Netanyahu, memperingatkan.

Baca Juga: Soroti Calon PM Israel, Warga Palestina Akui Khawatir Naftali Bennett Berhasil Gantikan Benjamin Netanyahu

Misalkan sususnan pemerintahan baru tidak disepakati di Parlemen Israel, maka akan terjadi pemilu baru lagi. Dalam dua tahun terakhir, sudah ada empat pemilu di Israel.

Perubahan pemerintahan di Israel sendiri merupakan imbas dari kisruh anggaran tahun lalu. Pada tahun 2020, Parlemen Israel gagal menyetujui APBN pada bulan Desember.

Hal itu memicu pembubaran koalisi dan parlemen pada 23 Desember 2020. Sesuai aturan, dalam 90 hari harus segera ada pemilu legislatif baru untuk menyusun ulang pemerintahan.

Pada pemilu legislatif tahun ini, koalisi bentukan PM Benjamin Netanyahu gagal memenangkan suara mayoritas.

Baca Juga: Sosok Perdana Menteri Baru Israel, Benjamin Netanyahu Jadi Oposisi dan Respons Hamas

Hal itu mempersulitnya untuk membentuk pemerintahan baru, dengan tenggat 4 Mei 2021, sesuai perintah Presiden Reuven Rivlin.

Ia kemudian berharap Partai Yamina, yang dipimpin Naftali Bennett, bergabung ke koalisinya.

Di luar dugaan Netanyahu, Bennett yang hanya memang enam kursi di parlemen itu 'berkhianat'.

Ia bergabung dengan koalisi bentukan Yair Lapid dari Partai Yesh Atid. Koalisi Netanyahu runtuh dan ia gagal memenuhi tenggat.

Di sisi lain, Naftali Bennett disoroti soal konflik antara Israel dengan Palestina.

Sejumlah pihak berharap Naftali Bennett dapat meredam konflik dengan Palestina yang terjadi hingga saat ini.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler