UEA Resmi Bergabung dengan Operasi Interpol, Tindak Tegas Perdagangan Manusia

28 Juli 2021, 13:42 WIB
Gambar ini diambil pada 22 November 2018 menunjukkan Le Thi Vu, seorang wanita Vietnam yang diselamatkan dari rumah bordil di provinsi Guangxi China, duduk selama wawancara dengan Agence France-Presse di Hanoi. /AFP

 

PR BEKASI - Uni Emirat Arab telah (UEA) tengah menyoroti kasus perdagangan manusia yang terjadi pada skala internasional.

Sehingga, UEA secara resmi bergabung dengan 47 negara di bawah Interpol dalam Operasi Liberterra, tindakan keras global terhadap penyelundupan migran dan geng perdagangan manusia.

Operasi gabungan internasional, yang diluncurkan awal bulan ini, mengakibatkan penangkapan 286 orang di seluruh dunia, termasuk 12 orang di UEA, kantor berita negara WAM melaporkan pada hari Senin, 27 Juli 2021.

Seperti diketahui bahwa kasus mengenai perdagangan manusia kerap terjadi di sejumlah negara.

Baca Juga: Vaksin Sinopharm yang Dijual Kimia Farma Diduga Hibah dari UEA, Diky Chandra: Separah Itukah Negaraku?

Kasus perdagangan manusia tersebut memicu kekhawatiran sejumlah pihak di sejumlah negara secara global.

Menurut Kementerian Dalam Negeri UEA, 430 korban perdagangan manusia dan 4000 korban imigrasi ilegal diselamatkan dalam operasi global tersebut.

Aparat penegak hukum dari berbagai negara berpartisipasi dalam Operasi Liberterra antara 5 dan 9 Juli 2021.

Yakni dengan melakukan sekitar 500.000 inspeksi di pos pemeriksaan dan bandara serta di hotspot yang diidentifikasi melalui intelijen dan investigasi, menurut Interpol.

Baca Juga: Bentuk Protes Umat Muslim, Produk Israel di UEA Ditempeli Stiker Bertuliskan 'Dibuat dengan Darah Palestina'

Selanjutnya, badan-badan UEA pun meluncurkan kampanye kesadaran paralel yang menargetkan staf pariwisata, pengemudi angkutan umum, dan pekerja di kawasan industri.

Serta kantor perekrutan pekerja rumah tangga dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai bentuk, sarana, dan cara perdagangan manusia.

UEA, yang merupakan negara pertama di kawasan yang mengesahkan Undang-Undang yang komprehensif untuk memerangi perdagangan manusia sesuai dengan semua hukum dan perjanjian internasional pada tahun 2006, memimpin tim nasional melalui MOI.

“Perdagangan manusia adalah salah satu ancaman keamanan utama yang dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia. Ini telah berkembang menjadi industri multi-miliar dolar yang dipimpin oleh kelompok kriminal terorganisir,” kata Letnan Kolonel Dana Humaid dari Kementerian Dalam Negeri UEA, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Arabiya pada Rabu, 28 Juli 2021.

Baca Juga: Akan Berpartisipasi dalam Program Luar Angkasa, UEA Resmi Umumkan Calon Astronot Perempuan Arab Pertama

“Meskipun sulit untuk menentukan skala masalahnya, para ahli sepakat bahwa jutaan korban diperdagangkan setiap tahun, baik untuk kerja paksa, eksploitasi seksual, pengambilan organ, atau penyelundupan manusia,” katanya, melanjutkan.

Humaid juga mengatakan, “Pengorbanan manusia di luar yang langsung berdampak pada keluarga, teman, dan komunitas tidak terhitung.”

Empat ruang operasi internasional didirikan di Lyon, Panama, Khartoum dan Abu Dhabi, untuk mengoordinasikan upaya polisi internasional dan berbagi informasi.

Operasi tersebut bekerja sama dengan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), EUROPOL, Organisasi Internasional untuk Migrasi dan Pusat Operasional Regional Khartoum (ROCK).

Baca Juga: Tagar Dubai Hostage Free Latifa Bertengger di Medsos, Pemerintah UEA Bantah Tudingan Peyanderaan Putri Latifa

Humaid menambahkan: “Kami bangga bahwa UEA dapat mendukung Interpol, dan operasi yang penting dan sukses ini. Seperti yang akan Anda ketahui, UEA telah menjadi pemain aktif dalam kampanye melawan perdagangan manusia, dan sangat yakin akan pentingnya upaya nasional dan internasional yang kuat untuk memerangi perdagangan manusia. Interpol, dan kerja sama internasional yang mendukungnya, adalah salah satu cara utama kami – dan komunitas internasional – akan mengalahkan ancaman kriminal transnasional ini.”

“UEA saat ini memelihara jaringan tempat penampungan untuk melindungi dan merehabilitasi para korban. Kami juga memiliki hotline khusus untuk memfasilitasi pelaporan kasus perdagangan manusia dan memungkinkan korban untuk meminta perlindungan.”

“Namun, mengingat sifat perdagangan manusia yang transnasional, tidak ada negara yang dapat memerangi perdagangan manusia dengan sendirinya. Sangat penting bahwa ada kerja sama lintas batas. Di sinilah Interpol memainkan peran penting," katanya.

"Ini memfasilitasi berbagi informasi dan kerjasama operasional antara negara-negara anggota. INTERPOL juga membantu negara-negara anggota dalam mengembangkan kemampuan jangka panjang melalui pelatihan, acara, dan akses ke sumber daya,” katanya, menambahkan.

Baca Juga: Terapkan Kebijakan Baru, UEA Akan Berikan Kewarganegaraan untuk Investor, Ilmuwan, dan Profesional

Sekretaris Jenderal Interpol Jürgen Stock memuji negara-negara yang terlibat:

“Operasi Liberterra adalah potret lima hari dari situasi perdagangan dan penyelundupan global dan bagaimana jaringan penjahat multinasional yang sangat terorganisir hanya fokus pada satu hal: Keuntungan,” katanya.

“Dengan dibongkarnya 22 kelompok penjahat, ini juga menunjukkan apa yang bisa dicapai oleh tindakan penegakan hukum global yang terkoordinasi," katanya, menambahkan.

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Arabiya

Tags

Terkini

Terpopuler