Nelayan Asia Tenggara Terancam Kehilangan Mata Pencaharian Akibat Klaim Sepihak China di Laut Natuna Utara

6 Agustus 2021, 16:39 WIB
Klaim sepihak China terhadap hampir seluruh kawasan perairan Laut Natuna Utara telah membuat para nelayan dari berbagai negara di Asia Tenggara terancam. /Channel News Asia

 

PR BEKASI – Klaim sepihak China terhadap hampir seluruh kawasan perairan Laut Natuna Utara telah membuat para nelayan dari berbagai negara di Asia Tenggara terancam.

Para nelayan tersebut khawatir akan kehilangan mata pencaharian mereka dikarenakan kawasan yang mereka biasa datangi untuk menangkap ikan saat ini telah dijaga ketat oleh kapal penjaga pantai China.

Salah satu nelayan yang merasakan dampak klaim China di Laut Natuna Utara adalah Bobong Lombardo asal Filipina.

Sebelum China datang dan mengklaim kawasan perairan tersebut, dirinya bersama anaknya bisa menghasilkan uang sebanyak 15.000 hingga 19.00 peso atau senilai Rp4.2 juta sampai Rp5.4 juta setelah 15 hari melaut.

Baca Juga: Hubungan dengan China Memanas, India Kirim Kapal AL ke Laut Natuna Utara

Namun, saat ini penghasilan Bobong hampir tidak cukup untuk memberi makan anggota keluarga yang terdiri dari tujuh orang.

Hal tersebut dikarenakan dirinya tidak berani menjelajah lebih jauh ke Laut Natuna Utara, khususnya di sekitar pulau karang bernama Scarborough Shoal karena kehadiran kapal penjaga pantai China.

“Lebih mudah menangkap ikan di sana. Tapi, Sejak orang China menjaga pintu masuk Scarborough Shoal, kami tidak bisa lagi masuk,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Channel News Asia, Jumat, 6 Agustus 2021.

Bobong menambahkan, bila dirinya memaksa untuk tetap masuk ke wilayah tersebut maka kapal penjaga pantai China akan segera mengejar dirinya.

Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Menyebar di Wuhan, China Lakukan Uji pada 12 Penduduk Wuhan

“Merek selalu meminta saya tak memasuki wilayah itu. Meskipun saya mengatakan bahwa Scarborough Shoal merupakan wilayah Filipina tetapi mereka tetap bersikukuh bahwa itu wilayah China,” katanya.

Setali tiga uang dengan Bobong, nelayan asal Vietnam bernama Tran Hong Tho juga mendapatkan dampak yang sama atas klaim China tersebut.

“Dalam sekali melaut biasanya saya mendapatkan penghasilan bisa sampai 69 juta dong (senilai Rp43 juta) tapi sekarang saya sudah tidak punya kapal karena hancur saat dikejar oleh kapal penjaga pantai China,” katanya.

Hal tersebut membuat dirinya tidak bisa kembali melaut dan malah menghasilkan utang kepada tetangganya sebesar 986 juta dong atau senilai Rp615 juta karena kapal yang dipakainya hancur tersebut merupakan milik tetangganya.

Baca Juga: Hubungan dengan China Memanas, India Kirim Kapal AL ke Laut Natuna Utara

Menurut Inisiatif Transparansi Maritim Asia yang merupakan sumber informasi Pusat Studi Strategis dan Internasional Amerika Serikat, China telah mempertahankan kehadiran penjaga pantai mereka di Laut Natuna Utara sejak 2012.

Meskipun lima tahun yang lalu Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag, Belanda telah menolak klaim China atas Laut Natuna Utara, tetapi mereka terus mencegah para nelayan kecil Asia Tenggara masuk ke perairan tersebut

Penjaga pantai China bahkan sampai mengeluarkan ancaman bagi siapa saja yang berani memasuki Laut natuna Utara yang mereka klaim.

Laut Natuna Utara diketahui merupakan tempat klaim yang tumpang tindih, dengan China yang tidak mengakui putusan arbitrase mengklaim kedaulatan atas sebanyak 90 persen perairan yang diperebutkan.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler