Dokter Wanita Ini Kabur dari Afghanistan Usai Mendapat Ancaman karena Beri KB kepada Pengantin Taliban

20 Agustus 2021, 14:31 WIB
Ilustrasi. Seorang dokter wanita mengaku mendapat ancaman dari anggota Taliban usai memberikan KB pada pengantinnya yang berusia 13 tahun. /Pixabay/ArmyAmber

PR BEKASI - Dr. Akbari berada di kliniknya di kota Mazar-e-Sharif, Afghanistan, saat dia mendapat telefon yang membuat dia membatalkan semua rencananya hari itu sebelas hari lalu.

Ternyata, Dr. Akbari mengaku mendapat ancaman dari salah satu anggota Taliban, yang kini telah menguasai Afghanistan.

Dikatakan Dr. Akbari sudah menerima ancaman dari Taliban sejak berbulan-bulan lalu, karena memberikan suntikan KB kepada pengantinnya yang berusia 13 tahun.

Baca Juga: Joe Biden Bantah Klaim Afghanistan Akan Kembali ke Kondisi Sebelum Invasi AS 2001

Suara yang menelefonnya itu dikatakan sangat lembut, dan mengatakan kalau mereka akan segera memasuki kota.

"'Kali ini, suaranya sebenarnya sangat lembut," kenang Akbari.

"Dia berkata, 'Kami akan memasuki kota. Segera kami akan datang dan menjemputmu'," sambungnya.

Apa yang menyebabkan terjadinya momen tersebut, dan apa yang terjadi selanjutnya, menawarkan sebuah kesempatan mengenai apa yang dilakukan Taliban bagi perempuan Afghanistan saat mengambil alih kekuasaan.

Baca Juga: Suasana Kabul Memanas, Pemerintah Indonesia Berhasil Evakuasi WNI dari Afghanistan

Para pemimpin Taliban telah berjanji untuk memoderasi pembatasan keras yang diberlakukan kelompok itu terakhir kali mereka memerintah Afghanistan.

Kali ini, kata mereka, para perempuan akan diizinkan terlibat dalam pemerintahan dan bekerja di sektor-sektor seperti perawatan kesehatan.

Akan tetapi, para perempuan tersebut menyatakan kalau pada kenyataannya fakta di lapangan menjadi lebih rumit.

Dr. Akbari menyampaikan bahwa gadis yang mendapat suntikan KB tersebut mengatakan dia tidak ingin hamil.

Baca Juga: Taliban Eksekusi Mati Mantan Kepala ISIS yang di Penjara oleh Pemerintah Afghanistan

"Dia meminta bantuanku," ujarnya pada Jumat, 20 Agustus 2021.

Akhirnya, Dr. Akbari memberikan gadis 13 tahun itu suntikan kontrasepsi, yang berlangsung selama tiga bulan.

Suami yang mengetahui hal itu marah dan mulai menelefonnya serta memberikan ancaman.

Hari itu, dia mendapatkan panggilan telefon bernada ancaman pertamanya dari suami si gadis.Baca Juga: Kepala BNPT Imbau Masyarakat Bijak Tanggapi Isu Afghanistan-Taliban: Jangan Sampai Salah Bersimpati!

"Dia berkata, 'Mengapa kamu melakukan hal seperti itu? Sekarang saya tidak bisa punya bayi!'" ceritanya.

Sejak saat itu, pria tersebut akan menelefonnya untuk mengamuk hampir setiap hari.

Akbari segera mengetahui bahwa dia bukan warga negara biasa.

Dia adalah seorang pemimpin kontingen Taliban yang aktif di daerah luar kota, meskipun kontingen itu tidak menguasai kota itu sendiri.

Baca Juga: Intelijen Norwegia: Taliban Mulai Buat Daftar Hitam, Tangkap Warga Afghanistan yang Bekerja untuk Barat

Namun, ketika Taliban mulai mendapatkan keuntungan militer, Akbari memperhatikan perubahan nada panggilan telepon pria itu."Semakin kuat Taliban, semakin kuat ancamannya," katanya.

Si suami akan mengungkit Akbari yang merupakan salah satu kelompok etnis Hazara, umumnya mengikuti sekte Syiah Islam.

Di sisi lain, Taliban, yang mayoritas Sunni, memiliki sejarah penargetan terkait kelompok Syiah.

"Dia akan berkata, 'Kamu kafir. Kamu menentang Islam. Kamu membunuh beberapa generasi. Kami tahu apa yang harus dilakukan denganmu," ucapnya.

Baca Juga: Taliban Berhasil Tangkap Gubernur Perempuan Afghanistan Pertama: Tak Ada Tempat untuk Perempuan

Segera, anggota Taliban lainnya juga mengirim pesan.Ruchi Kumar, seorang jurnalis dari India yang selama ini tinggal bersama Akbari, melihat beberapa teks.

"Mereka akan mengiriminya foto-foto mayat yang sangat mengerikan ini, memberitahunya bahwa dia akan berakhir seperti ini," kata Kumar.

Di lain waktu, anggota Taliban akan mencoba memeras Akbari.

"Mereka ingin dia membayar uang atau membelikan mereka sepeda motor atau senjata sebagai ganti nyawanya," ujar Kumar menambahkan kalau hal itu diklaim sebagai zakat.

Baca Juga: Kapten Timnas Perempuan Afghanistan Ajak Hapus Foto di Medsos Agar Tak Diincar Taliban: Ini Menyakitkan

Akbari menyampaikan kalau perasaan takut konstan mendatanginya, terutama setiap kali melihat pasien datang dengan dikawal oleh seorang pria dengan pakaian tradisional tipe Taliban.

Dia merasa khawatir pria itu adalah penyusup yang datang untuk membunuhnya.

Namun, dia sendiri bertekad untuk bertahan. Saat dia berusia 20 tahun, orang tuanya telah mendapat izin untuk berimigrasi ke Kanada, dia bisa saja pergi menyusulnya.

Akan tetapi, saat itu, Taliban baru saja digulingkan dari kekuasaan, dan Akbari memutuskan untuk mendapatkan gelar kedokterannya di Afghanistan.

Baca Juga: Taliban Masukkan Warga Afghanistan ke dalam Daftar Hitam yang Diduga Bekerja Sama dengan AS

"Saya ingin melayani rakyat saya dan membangun diri saya di negara saya sendiri," kata Akbari.

Pada 8 Agustus, ketika dia mendapat telepon dari suami si gadis yang menyatakan mereka akan menaklukan kota.

Akbari memutuskan sudah waktunya dia pergi, maka dia langsung menuju bandara, bahkan tidak berhenti di rumah untuk berganti pakaian.

Dia berhasil membeli tiket di tempat untuk salah satu penerbangan terakhir keluar.

Baca Juga: Coba Melarikan Diri dari Taliban, Pemain Timnas Junior Afghanistan Malah Tewas Terjatuh dari Pesawat

Saat naik ke pesawat, dia terkejut melihatnya hampir seluruhnya dipenuhi wanita lain yang bepergian sendirian, pemandangan yang langka di Afghanistan.

"Saat itulah saya tahu pasti bahwa Taliban telah merebut kota itu," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari NPR.

Walaupun kini sudah berada di negara tetangga, dia masih diliputi rasa ketidakpastian karena hanya mempunyai beberapa ratus dollar.

Baca Juga: Tak Diperbolehkan Lagi Bekerja oleh Taliban, Presenter TV Wanita Afghanistan: Hidup Saya dalam Bahaya

"Saya belum bisa tidur sejak hari saya tiba. Saya hanya bisa tidur dua jam dalam sehari," katanya,

"Dalam semalam, semua yang kumiliki telah lenyap," sambungnya dengan suara tercekat.

Namun, kembali ke Afghanistan bukan pilihan. Sebab suami dari si gadis masih menelefonnya dan menanyakan keberadaan Akbari.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: NPR

Tags

Terkini

Terpopuler