Militer Guinea Lakukan Kudeta, Bubarkan Kabinet, dan Terapkan Jam Malam

6 September 2021, 18:16 WIB
Pasukan Militer melakukan kudeta pada pemerintahan Presiden Guinea Alpha Conde yang memenangkan jabatan ketiga secara kontroversial. /REUTERS/Eric Gaillard/Pool/File Photo

PR BEKASI - Pasukan khusus Guinea telah mengambil kendali kekuasaan dengan melaksanakan kudeta.

Tindakan kudeta ini dilakukan pasukan khusus usai Presiden Guinea, Alpha Conde, memenangkan jabatan ke-3 yang kontroversial.

Selain itu, pasukan khusus Guinea juga menangkap Presiden dan berjanji mengubah susunan politik negara Afrika Barat tersebut.

Baca Juga: Profil Kolonel Mamady Doumbouya, Aktor Utama di Balik Kudeta Guinea

Dalam kudeta ini, para pemimpin militer menerapkan adanya jam malam sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Mereka juga akan segera mengadakan pertemuan dengan para menteri kabinet Presiden Alpha Conde dan politisi senior lainnya pada Senin, 6 September 2021.

"Setiap penolakan yang hadir (dalam pertemuan) akan dianggap bentuk pemberontakan," ujar pasukan komando, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Presiden Guinea Alpha Conde Jadi Tahanan Militer, Mamadi Doumbouya: Tugas Tentara adalah Menyelamatkan Negara

Dia juga menyampaikan bahwa jabatan Gubernur serta administrator top lainnya akan diisi oleh militer.

Disampaikan seorang perwira berseragam bahwa keputusan sudah bulat untuk membubarkan kontitusi, setelah menangkap Presiden Guinea.

Dia mengatakan hal tersebut sembari diapit entara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video yang dikirim ke kantor berita.

Petugas yang tidak disebutkan namanya itu mengungkapkan ditutupnya perbatasan darat dan udara Guinea.

Baca Juga: Fakta Guinea Dikudeta Militer: Korupsi, Kemiskinan, dan Jabatan Presiden 3 Periode Jadi Penyebab Utama

Beberapa waktu lalu, beredar video dari para putschist menunjukkan Presiden Conde duduk di sofa dikelilingi oleh pasukan.

Pemimpin berusia 83 tahun tersebut menolak menjawab pertanyaan dari seorang tentara apakah dia telah dianiaya.

Sebelumnya pada hari Minggu, penduduk distrik Kaloum di ibukota Conakry, kawasan pemerintah, melaporkan mendengar suara tembakan yang keras.

Seorang diplomat Barat di Conakry menyatakan, kerusuhan mungkin dimulai setelah pemecatan seorang komandan senior di pasukan khusus.

Baca Juga: Kudeta di Guinea Memanas, Presiden Alpha Conde Digulingkan saat Jabat 3 Periode

Komandan senior tersebut diduga melakukan provokasi beberapa anggotanya yang sangat terlatih untuk memberontak.

Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, kemudian muncul di televisi publik.

Dia memakai bendera nasional Guinea dan mengatakan adanya kesalahan dalam mengurus pemerintah sehingga memunculkan kudeta.

“Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat,” kata Doumbouya.

Baca Juga: Baru Terlepas dari Wabah Ebola, Guinea Dilanda Wabah Virus Baru Mematikan Selain Covid-19

Dikatakannya Guinea merupakan negara yang indah dan tidak perlu 'diperkosa' lagi, yang diperlukan hanyalah menjaga dan mencintainya.

Youssouf Bah, seorang jurnalis yang berbasis di Conakry, mengatakan anggota pasukan khusus mengatakan kepadanya ini bukan kudeta militer.

"Kami di sini untuk membebaskan orang-orang," tuturnya menirukan.

Dia mencatat ada perayaan di antara orang-orang di banyak lingkungan di ibukota, dan tidak adanya patroli militer di jalan-jalan.

“Ada saatnya ketika orang Guinea meminta perubahan, sebagian besar orang Guinea meminta perubahan. Jadi inilah yang sebenarnya terjadi,” kata Bah.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler