Bank Dunia Prediksi 200 Juta Imigran Muncul pada 2050 Akibat Perubahan Iklim

14 September 2021, 21:09 WIB
Bank Dunia memprediksi perubahan iklim dapat menimbulkan 200 juta orang imigran meninggalkan rumah mereka untuk bertahan hidup. /Al Jazeera.

PR BEKASI – Bank Dunia memperingatkan bahw perubahan iklim yang semakin memburuk dapat memaksa 200 juta orang meninggalkan rumah mereka untuk bertahan hidup.

200 juta orang diperkirakan akan meninggalkan rumah mereka dalam tiga dekade mendatang kecuali tindakan segera diambil.

Hal tersebut diketahui dari sebuah laporan baru yang diterbitkan pada Senin, 13 September 2021 oleh Bank Dunia.

Baca Juga: Takut Dibakar Taliban Hidup-hidup, 2 Negara Islam Ini Bersedia Tampung Imigran Kristen Afghanistan

Laporan tersebut menggarisbawahi pengurangan emisi global dan kesenjangan pembangunan sangat penting untuk mencegah perubahan iklim yang dapat menjadi krisis kemanusiaan di seluruh dunia.

Bagian kedua dari laporan tersebut meneliti bagaimana dampak dari perubahan iklim yang lambat seperti kelangkaan air, penurunan produktivitas tanaman, dan kenaikan permukaan laut dapat menyebabkan jutaan pengungsi iklim.

Laporan tersebut memperkirakan tiga skenario dengan berbagai tingkat aksi dan pembangunan iklim yang berfokus di enam wilayah.

Baca Juga: Pro-Imigran, Joe Biden Berbaik Hati Perpanjang Suaka bagi Pengungsi Suriah dan Pertimbangkan 3 Negara Lain

Enam wilayah tersebut terdiri dari Amerika Latin, Afrika Utara, Afrika Sub-Sahara, Eropa Timur dan Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Timur dan Pasifik.

Bank Dunia tidak melihat dampak jangka pendek dari perubahan iklim, seperti efek dari peristiwa cuaca ekstrim, dan tidak melihat migrasi iklim lintas batas.

Skenario terburuk, di mana sedikit atau tidak ada tindakan kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berinvestasi dalam pembangunan dilakukan pada dekade berikutnya, memperkirakan 216 juta orang akan pindah untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Bungkam Suara Warga Soal Karikatur Charlie Hebdo, Prancis Ancam Akan Deportasi Imigran Muslim

Dalam skenario yang paling ramah iklim, dengan tingkat emisi yang rendah dan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, dunia masih dapat melihat 44 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Hal tersebut dikatakan oleh spesialis lingkungan utama di Bank Dunia dan salah satu penulis laporan tersebut, Kanta Kumari Rigaud.

“Secara global kita tahu bahwa tiga dari empat orang yang pindah tinggal di dalam negara,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express.

Baca Juga: Tidak Ingin Donald Trump Curang, Pengadilan AS Tolak Keluarkan Imigran Ilegal dari Sensus 2020

Kebetulan, asal para imigran yang diprediksi oleh laporan tersebut sebagian besar berlokasi di Asia Selatan dan Afrika Utara yang akan mulai muncul segera setelah 2030.

Dengan 86 juta pengungsi iklim untuk direlokasi pada tahun 2050, Afrika Sub-Sahara, menurut laporan itu adalah wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Penggurunan saat ini, garis pantai yang rapuh, dan ketergantungan penduduk pada pertanian akan diperburuk oleh perubahan iklim dalam beberapa dekade berikutnya.

Baca Juga: Ratusan Imigran Rohingya Kembali Terdampar di Laut Aceh

Meskipun pengaruh perubahan iklim terhadap migrasi bukanlah hal baru, hal itu sering kali merupakan bagian dari kombinasi faktor yang mendorong orang untuk pindah dan bertindak sebagai pengganda ancaman.

Orang-orang yang terkena dampak konflik dan ketidaksetaraan juga lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim karena mereka memiliki sarana yang terbatas untuk beradaptasi.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler