Bujuk Rakyat Taiwan Tanpa Perang, Xi Jinping: China Akan Lakukan Reunifikasi dengan Damai

10 Oktober 2021, 11:03 WIB
Presiden China, Xi Jinping berjanji mewujudkan reunifikasi damai dengan Taiwan. /REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/REUTERS

PR BEKASI – Presiden China, Xi Jinping berjanji pada Sabtu, 9 Oktober 2021 untuk mewujudkan reunifikasi damai dengan Taiwan.

Berbicara dalam peringatan 110 tahun Revolusi Xinhai di Balai Besar Rakyat Beijing, Xi Jinping mengatakan orang-orang China memiliki tradisi mulia dalam menentang separatisme China.

“Separatisme kemerdekaan Taiwan adalah hambatan terbesar untuk mencapai penyatuan kembali tanah air dan bahaya tersembunyi paling serius bagi peremajaan nasional,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Minggu, 10 Oktober 2021.

Baca Juga: Vaksin Zifivax Asal China Dapat Izin Darurat BPOM, Dinilai Ampuh Lawan Covid-19 Varian Alpha dan Delta 

"Reunifikasi lengkap negara kita akan dan dapat direalisasikan Reunifikasi yang damai paling sesuai dengan kepentingan keseluruhan rakyat Taiwan, tetapi China akan melindungi kedaulatan dan persatuannya,” tambahnya.

Dia memberikan nada yang sedikit lebih lembut dibanding pada Juli 2021 ketika dia bersumpah akan menghancurkan kemerdekaan Taiwan.

Pada 2019, ia secara langsung mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendali China.

Baca Juga: Pakistan Dituding Barat Sedang Terlilit Utang Gara-gara China, Menteri Asad Umar Buka Suara 

Menanggapi pernyataan Xi Jinping, kantor kepresidenan Taiwan mengatakan masa depan Taiwan ada di tangan rakyatnya.

Opini publik arus utama juga sangat jelas dalam menolak model satu negara, dua sistem yang digaungkan China.

Dewan Urusan Daratan Taiwan dalam sebuah pernyataan terpisah meminta China untuk meninggalkan langkah-langkah provokatif intrusi, pelecehan, dan penghancurannya.

Angkatan udara China melakukan serangan empat hari berturut-turut ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan mulai Jumat, 1 Oktober 2021 yang melibatkan hampir 150 pesawat tempur.

Baca Juga: AS Diam-Diam Latih Militer Taiwan, Bersiap Perang Hadapi China 

Meskipun misi tersebut telah berakhir. Xi Jinping tidak pernah menyebutkan penerbangan itu.

Taiwan mengatakan bahwa mereka adalah negara merdeka yang memiliki nama resmi Republik China.

Republik China didirikan pada 1912 dan pemerintahnya melarikan diri ke Taiwan pada tahun setelah kalah perang saudara dengan Komunis yang mendirikan Republik Rakyat China hari ini.

Berbicara sesaat sebelum Xi Jinping, Perdana Menteri Taiwan Su Tseng Chang mencatat bahwa China telah melenturkan otot-ototnya dan menyebabkan ketegangan regional.

Baca Juga: Kapal Selam AS Tabrakan, China Khawatir Kebocoran Nuklir di Laut Natuna Utara 

“Ini sebabnya mengapa negara-negara yang percaya pada kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Semuanya bekerja sama dan telah berulang kali memperingatkan bahwa China tidak boleh menyerang Taiwan,” katanya.

Taiwan menandai 10 Oktober, ketika revolusi anti-kekaisaran dimulai di China, sebagai hari nasionalnya, dan Presiden Tsai Ing Wen akan memberikan pidato utama di Taipei pada hari ini.

Sementara itu, legislator Partai Rakyat Taiwan (TPP) mendesak pemerintah di Taiwan untuk membuat mekanisme untuk berbicara dengan China.

Baca Juga: Petani di China Terlalu Gabut, Gelontorkan Uang Lebih dari Rp28 Miliar Demi Bangun Gedung Aneh 

Legislator TPP, Jang Chyi Lu mengatakan bahwa selain meningkatkan militer, Presiden Tsai Ing Wen harus mengejar opsi lain untuk melakukan negosiasi realistis dengan China yang akan menurunkan risiko bagi kedua belah pihak.

“Taiwan membutuhkan beberapa cara untuk berurusan dan hidup berdampingan dengan China, tetangga kami yang buruk, karena kami tidak dapat pindah ke tempat lain,” katanya.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler