Dicap Sebagai Bahasa Muslim, Nasionalis Hindu India Kecam Bahasa Urdu dalam Iklan Deepavali

28 Oktober 2021, 15:22 WIB
Kelompok nasionalis Hindu di India mengecam iklan perayaan Deepavali yang dibuat oleh sebuah perusahaan karena mencantumkan teks bahasa Urdu yang dikecam sebagai bahasa Muslim. /REUTERS/Amit Dave

 

PR BEKASI – Pekan lalu, kelompok nasionalis Hindu India memaksa sebuah perusahaan terkemuka India untuk menarik iklan perayaan Deepavali mereka buat.

Hal tersebut dikarenakan iklan yang dibuat untuk perayaan penting umat Hindu tersebut menampilkan beberapa kata dari bahasa Urdu yang di India dicap sebagai bahasa Muslim.

Perusahaan bernama FabIndia diketahui mengeluarkan iklan untuk Deepavali yang menampilkan koleksi pakaian terbarunya dan terdapat teks bahasa Urdu yang berbunyi “Jashn-e-Rivaaz”.

“Jashn” dalam bahasa Urdu berarti perayaan sedangkan “Riwaaz”, yang sebenarnya adalah “Riwaaj”, berarti tradisi yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Urdu menjadi “Perayaan Tradisi”.

Baca Juga: Terdeteksi Pesawat Militer, Kapal Selam India Gagal Serang Perairan Pakistan

Tetapi, iklan tersebut kemudian ditentang oleh seorang anggota parlemen muda dari Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, yang sering menjadi berita utama karena pernyataan Islamofobia.

Menurut politisi bernama Tejasvi Surya tersebut, iklan tersebut harus disingkirkan karena terdapat upaya Islamisasi dalam perayaan Deepavali.

“Deepawali bukan Jashn-e-Riwaaz, Upaya Islamisasi festival Hindu yang disengaja ini, yang menggambarkan model tanpa pakaian tradisional Hindu, harus disingkirkan,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kamis, 28 Oktober 2021.

FabIndia sendiri dikenal sebagai perusahaan besar India yang menjual pakaian, furnitur, perabot rumah tangga, dan makanan.

Baca Juga: Makin Marak di India, Pria Ini Divonis Penjara Seumur Hidup usai Biarkan Ular Gigit Istrinya yang Tidur

Perusahaan ini diketahui telah memiliki ratusan toko yang tersebar di seluruh India dan luar negeri.

Tejasvi Surya mengatakan FabIndia harus menghadapi biaya ekonomi untuk kesalahan yang disengaja seperti itu.

Anggota BJP dan kelompok nasionalis Hindu lainnya kemudian mulai menyerang FabIndia di media sosial, menuduh merek tersebut menyakiti sentimen keagamaan umat Hindu.

Menurut profesor di Pusat Studi Politik di Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi, Nivedita Menon mengatakan bahwa Kelompok nasionalis Hindu atau yang dikenal dengan gerakan Hindutva melihat bahasa Urdu sebagai bahasa Muslim.

Baca Juga: Demi Nikahi Pelakor, Suami di India Sewa Ular Kobra untuk Racuni Istri Sah

“Kelompok nasionalis Hindu saat ini berusaha untuk menyisihkan komunitas Muslim Indonesia dengan melarang penggunaan bahasa Urdu,” katanya.

Hindutva sendiri mengacu pada gerakan supremasi Hindu berusia seabad yang berusaha mengubah India menjadi negara etnis Hindu.

Hal tersebut juga yang telah membuat terpecahnya negara Pakistan dan Bangladesh dari India menjadi negara merdeka.

Bahasa Urdu diketahui lahir di India utara selama pemerintahan Kerajaan Mughal dan banyak meminjam dari bahasa Persia, Turki dan Arab.

Saat ini, bahasa Urdu adalah salah satu dari 22 bahasa yang secara resmi diakui oleh konstitusi India.

Tak hanya itu, bahasa Urdu juga saat ini digunakan Pakistan sebagai bahasa resmi negara tersebut.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler