PR BEKASI - Kondisi ekonomi dari salah satu negara di Afrika bagian selatan, Zambia tengah berada di ujung tanduk.
Pasalnya, Zambia dihadapkan pada tumpukan utang yang membuat kondisi ekonomi negara itu semakin terpuruk.
Pada 20 Oktober, Kementerian Keuangan dan Perencanaan Nasional menerbitkan ringkasan komprehensif dari utang yang dipikul Zambia per Juni 2021.
Baca Juga: Pendeta di Zambia Tewas Saat Tiru Kebangkitan Yesus, Minta Dikubur Hidup-hidup
Diungkapnya rincian utang ini diharapkan dapat menjadi cara baru bagi warga Zambia untuk memahami utang yang mempengaruhi ekonomi negaranya.
Sejumlah ahli internasional menilai, Zambia jatuh ke dalam perangkap utang dari China.
Dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dari The Diplomat, China merupakan kreditur nasional terbesar Zambia.
Baca Juga: Media India Soroti Utang Indonesia ke China, Rachland Nashidik: Ditakdirkan Merugi dan Bangkrut?
Data baru mencatat, total pinjaman yang dikucurkan China mencapai Rp5.05 miliar, atau setara dengan 30 persen dari total utang luar negeri dan sekitar 20 persen PDB Zambia.
Kendati demikian, Ferdinando Cinotto, seorang analis riset dari Development Reimagined mengungkapkan bahwa Zambia tidak sepenuhnya jatuh ke dalam perangkap utang dari China.
Menurutnya, pemberi pinjaman komersial lainnya tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap ekonomi Zambia.
Baca Juga: Nigeria Hadapi Kendala Pembelian Vaksin Covid-19, Bank Dunia Kucurkan Dana Pinjaman Rp5,7 Triliun
Pasalnya, 80 persen utang dari China memiliki bunga rendah.
"China menjadi pemberi keringanan utang bilateral terbesar Zambia," tutur dia.
"Dengan utang sebanyak 259 juta dolar AS dibatalkan secara historis dan adanya penundaan pembayaran bunga baru-baru ini karena pandemi," sambungnya.
Alih-alih menjadi penghambat pertumbuhan, Cinotto menilai utang harus diakui memiliki manfaat bagi Zambia.
"Utang sebagai alat untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan domestik sekaligus investasi yang diperlukan untuk pembangunan Zambia," katanya.
Untuk pertama kalinya sejak tahun 1998, Zambia jatuh ke dalam resesi.
Bahkan presiden baru Zambia, Hakainde Hichilema mewarisi kas negara yang 'kosong' akibat kondisi ekonomi negaranya yang kian terpuruk.
'Keterpikatan' Zambia untuk meninjam terlalu banyak dari China dinilai menjadi salah satu faktornya, diimbangi pula dengan maraknya kasus korupsi di negara itu.***