Perubahan Iklim Ancam Hancurkan Perekonomian Puluhan Negara Miskin

9 November 2021, 13:54 WIB
Puluhan negara miskin terancam hancur perekonomiannya akibat perubahan iklim yang sedang melanda seluruh dunia. /Pixabay

PR BEKASI – Sebanyak 65 negara miskin akan melihat produk domestik bruto (PDB) mereka turun rata-rata 20 persen pada tahun 2050 dan 64 persen pada tahun 2100 jika terjadi kenaikan suhu 2.9 Celsius akibat perubahan iklim.

Hal tersebut diketahui dari sebuah laporan yang dirilis pada Senin, 8 November 2021 di KTT COP26 yang dilaksanakan di Glasgow, Skotlandia.

Bahkan jika kenaikan suhu global dibatasi pada 1.5 celsius, sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris yang paling ambisius, negara-negara yang sama akan menerima pukulan PDB sebesar 13 persen pada tahun 2050 dan 33 persen pada akhir abad ini.

Baca Juga: Sopir Mendiang Vanessa Angel Jadi Sorotan Usai Kecelakaan, Security Beberkan Sikapnya Selama Ini

Sampai saat ini, suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat 1.1 celsius dibandingkan dengan tingkat akhir abad ke-19.

Temuan studi menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga negara miskin di dunia sangat membutuhkan bantuan untuk membangun ketahanan jika ekonomi mereka ingin bertahan dari serangan perubahan iklim.

Hal tersebut dikatakan oleh penulis utama studi, Marina Andrijevic dari Universitas Humboldt di Berlin.

Baca Juga: Waligereja Prancis Setuju Beri Kompensasi Korban Pelecehan Seksual Pastor di Gereja Katolik

“Kemampuan negara-negara di belahan Bumi selatan untuk berkembang secara berkelanjutan sangat terancam,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Selasa, 9 November 2021.

“Pilihan kebijakan yang kami buat saat ini sangat penting untuk mencegah perubahan iklim,\ lebih lanjut,” tambahnya.

Delapan dari sepuluh negara miskin yang paling terkena dampak perubahan iklim berada di Afrika serta sisanya di Amerika Selatan.

Baca Juga: Rombak Hukum Islam, Abu Dhabi Buat Aturan Perceraian dan Hak Asuh Anak Non-Muslim

Sepuluh negara tersebut diketahui menghadapi kerusakan PDB lebih dari 70 persen pada tahun 2100 di bawah lintasan kebijakan iklim saat ini, dan 40 persen bahkan jika perubahan iklim dibatasi pada 1.5 celsius.

Negara yang menghadapi kerugian PDB terburuk adalah Sudan, yang pada bulan September dibiarkan terhuyung-huyung akibat hujan lebat dan banjir bandang yang mempengaruhi lebih dari 300.000 orang.

Negara ini akan mengalami pengurangan PDB sebesar 32 persen pada tahun 2050, dan 84 persen pada tahun 2100 dibandingkan jika tidak ada perubahan iklim.

Baca Juga: Heboh Penampakan Makam Vanessa Angel dan Bibi di Hari Kelima, Berantakan Hingga Foto Dirusak

Negara-negara miskin yang dicakup oleh laporan tersebut membentuk dua blok negosiasi utama pada pembicaraan iklim PBB, yaitu Negara-negara Tertinggal (LDC) dan Aliansi Negara-Negara Pulau Kecil (AOSIS).

Negara-negara kepulauan kecil sangat rentan terhadap gelombang badai yang diperburuk oleh naiknya air laut akibat perubahan iklim.

Studi ini tidak memperhitungkan langkah-langkah adaptasi, yang berpotensi mengurangi beberapa kerusakan.

Baca Juga: Prediksi Ikatan Cinta 9 November 2021: Irvan Terluka Andin Dibikin Nangis, Aldebaran Malah Balik Tak Terima

Sampai saat ini, pemerintah kaya hanya berkomitmen dalam jumlah kecil untuk membantu negara-negara miskin beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.

Hal tersebut dikatakan oleh Mohamed Adow, direktur lembaga pemikir iklim dan energi Power Shift Africa yang berbasis di Nigeria.

“Afrika telah melakukan paling sedikit untuk menyebabkan perubahan iklim namun laporan ini menunjukkan akan menghadapi konsekuensi yang paling parah. Itu sangat tidak adil,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Selasa, 9 November 2021.***

Editor: Asytari Fauziah

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler