Varian Omicron Disebut Lebih Berbahaya di Amerika Serikat, Pakar Ungkap Penyebab Utamanya

21 Januari 2022, 21:50 WIB
Varian Omicron disebut lebih berbahaya di Amerika Serikat. /Pixabay/Alexandra_Koch

PR BEKASI - Masyarakat dunia saat ini masih menghadapi pandemi virus Corona (Covid-19) yang belum kunjung mereda.

Bahkan di beberapa negara mencatatkan adanya kenaikan kasus Covid-19 baru yang sangat tinggi beberapa waktu terakhir.

Amerika Serikat masih berada di posisi pertama sebagai negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia.

Negara Adi Daya itu kini tengah menghadapi ledakan varian Omicron yang telah menjangkiti ribuan masyarakat.

Baca Juga: Sopir Truk Kontainer Kecelakaan Maut di Balikpapan Jadi Tersangka, Ternyata Langgar Aturan Wali Kota

Edwin Michael, ahli epidemiologi di Pusat Penelitian Penyakit Menular Kesehatan Global di University of South Florida, mengungkapkan varian Omicron lebih berbahaya di Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Xinhua pada Jumat, 21 Januari 2022, beberapa situs media di AS mengungkapkan alasan varian Omicron lebih berbahaya.

Penyebab utamanya adalah tingkat vaksinasi yang rendah di Amerika Serikat.

"Lebih mungkin untuk membunuh orang Amerika," ujar situs berita Daily Beast.

Tentunya kasus Omicron di AS berbeda dengan kasus-kasus di negara lain. Apalagi dengan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi.

Baca Juga: Kenapa Menjaga Jarak Saat Berhenti di Lampu Merah Sangat Penting? Simak Penjelasan Pakar

Sejumlah negara telah melewati gelombang Omicron dengan kasus parah, namun kasus kematian yang relatif rendah. Singapura dan Afrika Selatan contohnya.

Tingkat vaksinasi penuh orang Amerika hanya mencapai 63 persen, hingga membuat negara tersebut belum melihat tingkat pemisahan yang sama antara infeksi dan kematian.

"Kekhawatirannya adalah bahwa begitu penyebaran terjadi pada orang tua, rawat inap dan kematian mungkin meningkat," ujar Edwin.

Amerika Serikat menghadapi kesulitan dalam mengajak masyarakat untuk mau divaksinasi.

Banyak kelompok anti-vaksin yang mencoba memengaruhi masyarakat agar tak mau divaksinasi.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: Xinhua

Tags

Terkini

Terpopuler