Diduga Jadi Penyebab Munculnya Covid-19, Wuhan Resmi Larang Warganya Makan Hewan Liar

21 Mei 2020, 12:09 WIB
Ilustrasi ular kobra.* /

PIKIRAN RAKYAT - Pusat pandemi Covid-19 di Tiongkok dikabarkan telah melarang warganya untuk makan hewan liar.

Bahkan para peternak Tiongkok ditawari uang agar berhenti mengembangbiakkan hewan-hewan liar tersebut.

Kedua langkah itu terjadi di tengah meningkatnya tekanan bagi Tiongkok untuk menindak perdagangan ilegal satwa liar yang disalahkan oleh banyak orang sebagai penyebab atas pandemi yang telah menewaskan lebih dari 320.000 orang di seluruh dunia.

Dilansir CBC News oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com, Pemerintah Wuhan dikabarkan secara resmi melarang warganya untuk memakan hewan-hewan liar.

Baca Juga: Peternak di Tiongkok Diciduk Polisi Akibat Tanam 200 Opium demi Pakan Unggasnya 

Kota berpenduduk 11 juta orang di Provinsi Hubei, Tiongkok tengah itu juga melarang hampir semua perburuan hewan liar.

Selain itu, Wuhan memberlakukan kontrol baru secara ketat pada pembiakkan semua hewan liar, menjelaskan bahwa tidak ada yang dipelihara sebagai makanan.

Seorang pejabat kota setempat mengatakan pemerintah daerah akan mengambil bagian dalam skema nasional yang lebih meluas untuk membeli peternak hewan liar.

Rencana nasional itu adalah untuk pertama kalinya pihak berwenang Tiongkok berjanji untuk membeli hewan-hewan peternak dalam upaya untuk mengekang pembiakkan hewan liar, kata aktivis hak-hak hewan.

Baca Juga: Tetap Aman Saat Makan, Masker Pac Man Kini Hadir dan Siap Diproduksi 

Tiongkok sudah melarang penjualan hewan liar untuk dimakan karena Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, dengan alasan risiko penyakit menular ke manusia.

Tetapi perdagangan tetap legal untuk tujuan lain, termasuk penelitian dan pengobatan tradisional.

Virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 secara luas diyakini telah berpindah dari kelelawar ke manusia dan dimungkinkan melalui spesies lain sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Sementara itu, dua provinsi pusat penyebaran lainnya telah menjabarkan rincian program pembelian untuk membantu para peternak beralih mata pencarian alternatif.

Baca Juga: Dinilai Hambat Usahanya, Viral Aksi Ibu-ibu Teriak Menolak PSBB di Riau 

Provinsi Hunan pada hari Jumat menetapkan skema kompensasi untuk membujuk peternak untuk memelihara hewan ternak lainnya atau memproduksi teh dan obat-obatan herbal.

Pihak berwenang akan mengevaluasi pertanian dan inventaris serta menawarkan pembayaran sebesar 120 yuan (Rp 236.000 ribu) per kilogram untuk ular tikus, king ratsnake, dan cobra. Sementara untuk satu kilogram tikus bambu akan dihargai sebesar 75 yuan (Rp 155.000 ribu).

Seekor kucing luwak - hewan yang diyakini membawa Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) akan menelan biaya sebesar 600 yuan (Rp 1,2 juta).

Provinsi tetangga, Jiangxi juga telah merilis rencana untuk membantu para peternak membuang hewan, serta bantuan keuangan.

Baca Juga: Suara Dentuman Misterius di Bandung Buat Warga Bingung, BMKG Sebut Ada Tiga Kemungkinan 

Surat kabar Jiangxi Daily yang dikelola pemerintah setempat melaporkan pada pekan lalu bahwa provinsi ini memiliki lebih dari 2.300 peternak berlisensi, sebagian besar memelihara hewan liar untuk dimakan.

Stok yang dimiliki mereke bernilar sekitar 1,6 miliar yuan (Rp 3,3 miliar), kata laporan surat kabar tersebut.

Kelompok hak-hak hewan, Humane Society International (HSI) mengatakan Hunan dan Jiangxi adalah provinsi pembiakkan hewan liar utama, dengan Jiangxi melihat ekspansi perdagangan yang cepat selama satu dekade terakhir.

Pendapatan dari pembiakan mencapai 10 miliar yuan (Rp 20 triliun) pada tahun 2018, katanya.

Baca Juga: KABAR BAIK, Pasien Sembuh di Kota Bekasi Jadi 235 Orang, Tersisa 16 yang Masih Jalani Perawatan 

Spesialis kebijakan Tiongkok HSI, Peter Li mengatakan bahwa rencana serupa harus diluncurkan di seluruh negeri.

Tetapi dia mengingatkan bahwa proposal Hunan memberi ruang bagi para peternak untuk terus membiakkan hewan liar itu meski tidak dikirimkan ke pasar-pasar makanan.

Meskipun Beijing menerapkan langkah-langkah untuk melarang perdagangan dan konsumsi hewan liar setelah wabah SARS, namun hal tersebut gagal dalam menghentkan perdagangan.

Peter Li mengatakan, otoritas Tiongkok kini tengah bergerak ke arah yang benar.

Baca Juga: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Dunia Masih Tunjukan Tren Kenaikannya 

"Dalam 20 tahun terakhir, banyak orang mengatakan kepada Pemerintah Tiongkok untuk membeli operasi pembiakkan hewan liar tertentu," kata Peter Li.

Hal ini untuk pertama kalinya, kata Peter Li, Tiongkok benar-benar memutuskan untuk melakukan hal tersebut, yang membuka Presiden Xi Jinping produksi lainnya juga untuk dihapuskan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: CBS News

Tags

Terkini

Terpopuler