Terancam Tak Bisa Bayar Utang Luar Negeri, Rusia Diprediksi Bangkrut Pekan Depan

11 Maret 2022, 19:14 WIB
Ilustarsi suasana kota Rusia. /REUTERS/Shamil Zhumatov

PR BEKASI – Bank Dunia telah mengeluarkan peringatan bagi Vladimir Putin bahwa Rusia dapat secara efektif bangkrut pada awal minggu depan.

Hal tersebut terjadi setelah para pemimpin Barat banyak menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia atas serangan ke Ukraina yang Vladimir Putin perintahkan dua pekan lalu.

Akibat sanksi ekonomi tersebut, Rusia terancam bangkrut karena mereka diperkirakan akan tidak dapat membayar utang luar negeri mereka.

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu DU DU DU - TAN, Boygrup Baru Jebolan MBC Wild Idol

Bila hal tersebut terjadi, maka Rusia akan menghadapi utang luar negeri berskala besar pertama mereka pasca Revolusi Bolshevik pada 1917 lalu.

Kepala Ekonom Bank Dunia, Carmen Reinhart mengatakan bahwa saat ini Presiden Vladimir Putin telah membawa Rusia semakin dekat pada jurang kebangkrutan.

"Rusia sangat dekat dengan bangkrut dengan 40 miliar dolar AS karena memiliki utang luar negeri senilai Rp572 triliun yang berisiko tidak terbayarkan,” katanya.

Baca Juga: Klasemen BRI Liga 1 Jelang Persiraja vs Bali United, Serdadu Tridatu Makin Kuat di Puncak?

"Mereka belum dinilai oleh agensi sebagai negara bangkrut, tetapi kemungkinan itu sangat dekat," tambahnya.

Sementara itu, ahli strategi suku bunga tetap di Saxo Bank Denmark, Althe Spinozzi mengatakan bahwa Rusia dapat bangkrut paling cepat pada minggu depan.

“Gagal bayar utang berarti Rusia akan dikucilkan di pasar utang global. Ini akan membuatnya tidak dapat meminta uang dari investor Barat,” katanya.

Baca Juga: Pasangan Ukraina Pernah Dievakuasi dari Chernobyl, Kini Terjebak Perang di Dekat Reaktor Nuklir

Sanksi ekonomi yang didapatkan oleh Rusia kemungkinan akan menempatkan ekonomi Rusia ke dalam kontraksi tajam dan pasar saham tetap tutup,” tambahnya.

Sejak Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk melancarkan serangan ke Ukraina, nilai mata uang rubel diketahui telah turun drastis.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva mengatakan bahwa Rusia menghadapi resesi yang dalam dari sanksi ekonomi.

Baca Juga: One Piece 1043, Terungkap Kekuatan Sebenarnya Hito Hito no Mi, Buah Iblis yang Dimakan Luffy dan Joy Boy

Akses juga telah dipotong ke cadangan bank sentral, mengurangi standar hidup dan memicu eksodus bisnis Barat dari Rusia.

Berbicara kepada wartawan pada Kamis, 10 Maret 2022, Georgieva mengatakan bahwa sanksi ekonomi juga kemungkinan akan menyebabkan inflasi.

“Sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menyebabkan kontraksi tiba-tiba ekonomi Rusia, bergerak ke dalam resesi yang dalam,” katanya.

Baca Juga: Prediksi Skor Man Utd vs Tottenham, Bisakah The Red Devils Menang jelang Liga Champions?

“Kami sadar bahwa depresiasi mata uang besar-besaran mendorong inflasi naik. Ini sangat merusak daya beli dan standar hidup sebagian besar penduduk Rusia,” tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Express, Jumat, 11 Maret 2022.

Dia menambahkan bahwa perkiraan pertumbuhan global kemungkinan akan dipotong sebagai akibat dari krisis ekonomi di Rusia.

Itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Rusia, Anton Siluanov mengatakan bahwa Rusia akan melakukan pembayaran utang luar negeri ke negara-negara Barat dalam mata uang rubel.

Baca Juga: Dorce Gamalama Dikabarkan Punya Utang, Keponakan Persoalkan Aset yang Dipegang Anak Angkat

Ini mungkin tidak menyenangkan bagi investor Barat yang biasanya menginginkan pembayaran dalam mata uang yang sama dengan mereka membeli obligasi.

Biasanya para investor Barat menggunakan dolar, poundsterling, atau euro dalam melakukan transaksi.

Namun, bila Rusia terus memaksa untuk membayar utang luar negeri mereka dengan rubel, maka Rusia dapat disebut sebagai negara bangkrut.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler