Mengapa Negara Kecil Dekat Rusia Merapat ke Barat dan NATO? Simak Penjelasan Peneliti

28 Maret 2022, 11:54 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan konflik Rusia, Uni Soviet, Barat, dan NATO. /Reuters/Maxim Zmeyev

PR BEKASI – Ukraina adalah salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Rusia yakni di kawasan Eropa timur.

Selain Ukraina, ada banyak negara kecil yang mengelilingi Rusia baik di benua Eropa maupun Asia.

Negara-negara kecil tersebut merupakan pecahan Uni Soviet yang sebagian besar wilayahnya kini bernama Rusia.

Rusia sejak 24 Februari 2022 melakukan operasi militer di Ukraina, salah satu pecahan Uni Soviet tersebut.

Baca Juga: Peneliti Sebut Kelebihan Gula dan Karbohidrat Bisa Picu Penyakit Autoimun

Negeri beribukota Moskow itu diyakini ingin agar negara di sekitarnya tetap berpihak padanya, bukan pada Barat.

Hal itu diperlukan agar Rusia tetap terlindungi dari pengaruh negara-negara Barat, AS, dan NATO secara geografis.

Ukraina yang ingin bergabung dengan NATO dianggap sebagai ancaman bagi Vladimir Putin dan Rusia sehingga operasi militer pun digelar.

Tak hanya Ukraina, ada di antara negara kecil lain di sekitar Rusia yang juga condong ke Barat seperti Georgia dan Moldova.

Baca Juga: Studi: Kegiatan Seni Buat Remaja Dapat Tingkatkan Kontrol Diri dan Kurangi Perilaku Antisosial

Peneliti di Studi Rusia dan Eropa Timur Universitas Airlangga (Unair), Radityo Dharmaputra, buka suara terkait hal tersebut.

“Sebagai negara yang memiliki sejarah panjang berada di bawah kepemimpinan Soviet, negara-negara kecil yang bertetangga dengan Rusia tidak mudah menentukan sikap dalam rivalitas negara Barat melawan Rusia,” katanya.

“Opsi netralitas sebenarnya tidak bisa menjadi satu-satunya opsi rasional yang bisa diambil,” ujarnya melanjutkan.

Radityo menyatakan negara-negara kecil yang butuh perlindungan itu memiliki 2 pilihan, salah satunya bersikap netral.

Baca Juga: Pemberhentian Eks Menkes Terawan Disorot, Anggota DPR Singgung Pernyataan Jokowi

Finlandia adalah negara yang berbatasan dengan Rusia yang memilih netral demi menjaga keamanan wilayahnya.

“Kedua, beraliansi dengan negara besar, karena negara kecil membutuhkan shelter atau tempat berlindung,” ujar Radityo.

Tempat berlindung tersebut bisa berupa negara tetangga besar atau organisasi internasional yang ada di dunia.

Sebagian negara eks Uni Soviet memilih berlindung pada Rusia, negara besar yang memiliki hubungan sejarah dengan mereka.

Baca Juga: Mama Een Ibunda Kalina Ocktaranny Meninggal Dunia, Vicky Prasetyo Sampaikan Belasungkawa

“Inilah mengapa beberapa negara di Kaukasus Selatan dan Asia Tengah seperti Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan, bergabung dengan pakta pertahanan milik Rusia serta dengan organisasi integrasi ekonomi kawasan Eurasia yang diinisiasi Rusia,” katanya.

Sebagian lainnya tidak ingin merapat ke Rusia karena ada memori kelam saat pendudukan Uni Soviet, dikutip Pikiran-rakyat.Bekasi.com dari The Conversation.

“Masyarakat Estonia dan Latvia, misalnya, sampai saat ini menganggap bahwa Soviet telah melakukan “Russifikasi” dalam banyak hal, seperti mendatangkan pekerja etnis Rusia dalam jumlah besar ke dua negara tersebut.

“Mendeportasi massal warga Estonia dan Latvia ke wilayah terpencil, memaksakan penggunaan bahasa Rusia, serta melakukan opresi terhadap identitas lokal Estonia dan Latvia,” ujarnya.

Baca Juga: Viral Nenek 87 Tahun Ungkap Rahasia Sehat, Salah Satunya Bikin Ngena

Adapun organisasi internasional tempat negara eks Uni Soviet lainnya bernaung adalah Uni Eropa dan NATO.

“Oleh karenanya, perlu ada jaminan dari negara-negara besar di kawasan, termasuk Rusia sendiri, bahwa opsi netralitas tidak akan mengembalikan negara-negara ini di bawah dominasi Rusia, serta tidak menghambat kemajuan politik dan ekonomi mereka.”

Sebelum jaminan itu ada, sulit membayangkan Ukraina dan negara-negara kecil di kawasan Eropa Timur untuk berhenti mencari perlindungan ke Uni Eropa dan NATO,” kata Radityo.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler