Meski Berselisih Soal Natuna, Tiongkok Curhat ke Indonesia Sebut AS Sebagai Perusak Hubungan di LCS

1 Agustus 2020, 21:44 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) Tiongkok curhat kepada Menlu Indonesia Retno Marsudi terkait sikap AS terhadap Laut Cina Selatan dalam kesempatan pertemuan secara virtual, Kamis 30 Juli 2020. /Xinhua News

PR BEKASI - Menteri Luar Negeri (Menlu) Tiongkok, Wang Yi dilaporkan baru-baru ini mencurahkan isi hatinya kepada Menlu Indonesia, Retno Marsudi perihal gerak-gerik Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara terkait Laut Cina Selatan.

Hal itu disampaikan Menlu Tiongkok, Wang Yi dalam kesempatan pertemuan video dengan Menlu Indonesia Retno Marsudi pada Kamis, 30 Juli 2020.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari SCMP, Sabtu 1 Agustus 2020, Wang Yi menuduh negeri Paman Sam sebagai 'faktor perusak terbesar dalam hubungan internasional'.

Baca Juga: Pakar Kesehatan AS Desak Negaranya Berhati-hati terhadap Vaksin Covid-19 Buatan Tiongkok dan Rusia 

Selain itu, ia juga berkata kepada Retno Marsudi bahwa di antara Tiongkok dan Indonesia harus melakukan kerja sama dalam masa pemulihan pandemi virus corona yang kini masih merebak di kedua negara tersebut.

Pertemuan tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan dan diikuti deklarasi Washington bahwa klaim Beijing atas perairan yang secara strategis sebagai suatu hal 'melanggar hukum'.

Lebih lanjut, Wang Yi menuduh AS menggerakkan oposisi ideologis dan memaksa negara-negara untuk memihak mereka.

"Sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia, AS tidak hanya mengabaikan tanggung jawab dan kewajiban internasional yang harus diambil, tetapi juga menjatuhkan sanksi sepihak terhadap negara lain tanpa dasar dalam hukum internasional," kata Wang Yi.

Baca Juga: Dinilai Selamatkan Banyak Nyawa dari Covid-19, Anthony Fauci Berbalik Puji Kebijakan Donald Trump 

Atas perlakuan AS, Wang Yi beranggapan bahwa itu menjadi salah satu faktor perusak terbesar dalam hubungan internasional saat ini.

Meski Wang Yi curhat kepada Retno Marsudi, akan tetapi Jakarta dan Beijing sering berselisih mengenai hak menangkap ikan di sekitar Kepulauan Natuna yang berujung penahanan terhadap nelayan Tiongkok. Tidak sedikit juga ABK di kapal Tiongkok yang mengalami penindasan.

Wang Yi berkata kepada Retno Marsudi bahwa Tiongkok dan ASEAN harus terus mendorong kesimpulan cepat tentang kode etik untuk Laut Cina Selatan sembari menjaga komunikasi erat dan mengelola perselisihan dengan benar demi menjaga perdamaian dan stabilitas jangka panjang.

Terakhir dalam kesempatan pertemuan video itu, Wang Yi menyerukan kerja sama ekonomi yang lebih intens dan mengatakan pekerjaan Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC) yang mengalami penundaan harus segera dilanjutkan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler