Ledakan Lebanon Sudah Diprediksi Tahun 2013, Surat Peringatan Bahaya Ribuan Amonium Nitrat Beredar

7 Agustus 2020, 21:08 WIB
Mantan Kepala Divisi Pengawasan Narkoba di Pabean, Lebanon (kiri) dan surat yang ditandatangani dia saat memperingatkan tentang bahaya 2.750 ton amonium nitrat. /Dok. Al Arabiya

PR BEKASI - Pemerintah Lebanon dilaporkan tengah melakukan penyelidikan setelah terjadinya ledakan besar yang mengoyak ibu kota Lebanon, Beirut pada Selasa, 4 Agustus 2020.

Imbas dari ledakan besar tersebut telah menewaskan sedikitnya 137 orang dan 5.000 orang lainnya mengalami luka-luka.

Pemerintah Lebanon melalui Gubernur Beirut, Marwan About pada Rabu 5 Agustus, telah mengonfirmasi bahwa insiden tersebut disebabkan oleh meledaknya 2.750 ton bahan peledak jenis amonium nitrat yang disimpan di salah satu gudang di sekitar pelabuhan Beirut.

Baca Juga: Mulai Mainkan Isu Agama Usai Kalah Jajak Pendapat, Donald Trump Sebut Joe Biden 'Melawan Tuhan' 

Namun, di saat penyelidikan tengah dilakukan, dilaporkan terdapat fakta baru yang muncul perihal insiden ledakan besar yang menghancurkan beberapa gedung dan fasilitas lainnya di sekitar pelabuhan di Kota Beirut.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Arabiya News, fakta yang baru terungkap itu berdasarkan dokumen 2014 yang dibagikan media Lebanon pada Kamis 6 Agustus 2020.

Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa seorang pejabat Lebanon yang meninggal dunia sebelumnya telah menyerukan untuk menyingkirkan amonium nitrat yang tiba di Pelabuhan Beirut di tahun 2013.

Pejabat Lebanon yang diketahui bernama Kolonel Joseph Skaf yang merupakan Kepala Divisi Pengawasan Narkoba di Pabean, Lebanon kala itu menuliskan surat perihal amonium nitrat.

Baca Juga: Ribuan Orang di Kazakhstan Terinfeksi, Tiongkok Waspadai Penyakit Lebih Mematikan dari Covid-19 

"Kami memberitahu Anda bahwa divisi ini menerima informasi tentang keberadaan kapal Rhosus di Pelabuhan Beirut. Kapal sarat dengan amonium nitrat yang digunakan dalam bahan peledak sangat berbahaya dan merupakan ancaman bagi keselamatan publik," katanya dalam surat tersebut.

Kolonel Joseph Skaf meminta kepada pihak berwenang untuk memindahkan kapal dari dermaga pelabuhan dan menempatkannya di bawah pengawasannya. Demikian isi dari dokumen 2014 itu.

Untuk diketahui, Kolonel Joseph Skaf meninggal dunia pada tahun 2017, namun penyebab kematiannya hingga kini belum diketahui secara pasti. Hal itu karena adanya dua laporan autopsi yang saling bertentangan.

"Apakah kaki pensiunan Kolonel Joseph Skaf terpeleset atau dia terlempar dari ketinggian tiga meter? Satu pertanyaan yang masih belum mampu terselesaikan, terutama setelah dua laporan forensik kontradiktif dari pemeriksa medis," tulis media yang beredar.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Arabiya

Tags

Terkini

Terpopuler