Donald Trump Dukung Remaja Penembak Demonstran, Joe Biden: Dia Hanya Memicu Kekerasan

1 September 2020, 18:26 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /Twitter @realDonaldTrump/

PR BEKASI - Penembakan terhadap Jacob Blake oleh seorang petugas polisi di Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat hingga kini masih berbuntut panjang.

Diketahui bahwa pada malam ketiga terjadinya unjuk rasa yang mengecam tindakan rasisme petugas kepolisian pada seorang pria kulit hitam di Kenosha, seorang remaja ditangkap dan didakwa atas kasus penembakan terhadap tiga orang demonstran, yang menyebabkan dua di antaranya meninggal dan satu mengalami cedera parah.

Dilansir Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, remaja tersebut bernama Kyle Rittenhouse (17), yang berasal dari Illinois.

Baca Juga: Beda Pernyataan Soal ‘RANS’ di Pesawat Garuda Indonesia, Dirut: di Kondisi Susah Kita Harus Kreatif 

Rittenhouse ditahan setelah beredar sebuah video yang memperlihatkan dirinya membawa senapan dan melepaskan tembakan di tengah jalan.

Menurut dokumen pengadilan yang dirilis pada Kamis, 27 Agustus 2020, Rittenhouse akan menghadapi enam dakwaan pidana.

Di antaranya, dakwaan pembunuhan yang disengaja tingkat satu untuk kematian Anthony Huber dan Joseph Rosenbaum dan percobaan pembunuhan.

Menurut seorang saksi, Rittenhouse membawa senapan jenis Smith & Wesson AR-15 yang bisa menampung 30 butir amunisi.

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Target Penerimaan Pemerintah Pada 2021 Mendatang

Di tengah kecaman warga atas perbuatan remaja tersebut, Presiden AS Donald Trump justru berkata berbeda dengan memihak pada aksi remaja tersebut yang dituduh membunuh dua orang selama unjuk rasa di Kenosha.

Menurut Donald Trump, remaja bersenjata tersebut hanya berusaha melarikan diri dan akan dibunuh oleh para demonstran jika dirinya tidak mengeluarkan tembakan.

"Dia mencoba melarikan diri dari mereka (demonstran), kemudian dia jatuh dan mereka dengan sangat kejam menyerangnya. Kurasa dia dalam masalah besar, dia mungkin akan terbunuh," ujar Donald Trump dalam sebuah keterangan.

Presiden Donald Trump dari Partai Republik, yang telah menjadikan hukum dan ketertiban sebagai tema utama kampanye dalam pemilihan ulangnya, menolak untuk mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pendukungnya, tapi mencerca tindakan kerusuhan dan anarki yang dilakukan oleh pengunjuk rasa sayap kiri.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Tarif Jalan Tol Cipularang-Padaleunyi Naik Mulai 5 September 2020, Catat Harganya

Sedangkan Mantan Wakil Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat, menuduh Donald Trump telah memicu kekerasan dengan retorikanya, sambil bersikeras agar perusuh dan pejarah dituntut.

"Malam ini, Presiden menolak untuk menegur kekerasan. Dia bahkan tidak akan menyangkal salah satu pendukungnya yang dituduh melakukan pembunuhan karena serangannya terhadap orang lain. Dia terlalu lemah, terlalu takut pada kebencian yang dia ciptakan sendiri," kata Joe Biden dalam sebuah pernyataan.

Donald Trump berkata, kekerasan akan meningkat jika Joe Biden menang dan dia menyarankan agar Biden menyerah kepada massa sayap kiri.

"Di Amerika, kami tidak akan menyerah pada aturan massa, karena jika massa berkuasa, demokrasi akan mati," kata Donald Trump.

Baca Juga: Pewaralaba Kulit Hitam Merasa Didiskriminasi, McDonald's Dituntut Ganti Rugi 1 Miliar Dolar

Sebelumnya diberitakan bahwa Donald Trump berencana akan mengunjungi Kenosha, Wisconsin, untuk meninjau kerusakan di kota tersebut.

Trump berkata dirinya akan bertemu dengan para penegak hukum dan pemilik bisnis, tapi tidak akan bertemu dengan keluarga Jacob Blake.

Dia bahkan mengabaikan panggilan dari beberapa pemimpin negara bagian dan lokal, yang memintanya agar melupakan kunjungan tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler