Palestina Kewalahan Hadapi Pandemi, Blokade Israel dan Meningkatnya Kasus Covid-19 Jadi Penyebabnya

- 24 November 2020, 05:44 WIB
Seorang anak sedang menjalani tes swab di Jalur Gaza, Palestina.
Seorang anak sedang menjalani tes swab di Jalur Gaza, Palestina. /Al Jazeera/ Walid Mahmoud/Al Jazeera

PR BEKASI – Peningkatan pesat penularan virus Covid-19 di Jalur Gaza, Palestina telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan pada akhir bulan November ini.
 
Pejabat kesehatan setempat memperingatkan dengan sistem medis di Jalur Gaza yang diblokir oleh Israel kemungkinan pihak medis di daerah tersebut kewalahan dan tidak sanggup lagi menghadapi pandemi Covid-19.
 
Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Covid-19 menyebar secara cepat di Jalur Gaza, terutama di kamp-kamp pengungsian.

Baca Juga: Dicecar Lebih Banyak dari Anies, Wagub DKI Dapat 46 Pertanyaan dan 16 Halaman dari Penyidik

Dr Fathi Abuwarda, penasihat Menteri Kesehatan, mengatakan lonjakan infeksi baru-baru ini dapat segera menjadi tidak terkendali, dengan ratusan orang tertular virus setiap hari dan tidak ada tempat untuk merawat mereka.
 
“Kami telah memasuki tahap bencana dan jika kami terus seperti ini, sistem perawatan kesehatan akan runtuh,” kata Fathi Abuwarda.
 
“Solusi terbaik adalah penguncian penuh wilayah selama 14 hari, yang akan memungkinkan tim medis untuk mengontrol dan memerangi virus, dengan hanya toko yang menyediakan persediaan makanan tetap buka,” Fathi Abuwarda menambahkan.
 
Fathi Abuwarda mengatakan Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan Rumah Sakit Eropa Gaza untuk merawat pasien Covid-19, tetapi kapasitas rumah sakit itu tidak mencukupi, dengan 300 dari 360 tempat tidurnya sudah terisi.

Baca Juga: Timbulkan Klaster Covid-19 Baru, Anggota DPR Minta HRS Berhenti Buat Acara di Massa Pandemi

“Di Jalur Gaza, ada sekitar 500 tempat tidur (rumah sakit) yang tersebar di daerah kantong panta. Tetapi mengingat sekitar 5 ribu warga Palestina tinggal di setiap kilometer persegi di Gaza, rumah sakit ini tidak dapat menampung semua kasus,” katanya.
 
Kurangnya alat penguji Covid-19 dan alat pelindung diri (APD) juga memperumit perjuangan pihak medis di Gaza, karena Israel terus memberlakukan pembatasan pada pasokan medis yang mencapai Gaza.
 
Gaza telah berada di bawah pengepungan darat, udara, dan laut yang ketat selama lebih dari 13 tahun oleh Israel dan Mesir, yang membuatnya menjadi salah satu tempat terisolasi di dunia.
 
Harapan awal bahwa isolasi Gaza akan menghindarkannya dari pandemi pupus karena wilayah pesisir yang berpenduduk padat berada di bawah ancaman parah dengan sistem perawatan kesehatan yang bobrok yang tidak mampu menangani membludaknya pasien.

Baca Juga: Angka Perceraian Naik Selama Pandemi, Menag Minta KUA Lakukan Penyuluhan untuk Setiap Pasangan

Pada 24 Agustus 2020 lalu, hanya empat warga Palestina yang dilaporkan terinfeksi virus di Jalur Gaza. Hingga Senin, 14.768 orang telah tertular COVID-19, dengan 65 kematian. Jumlah kasus kritis mencapai 79.
 
Para pejabat mengatakan pengepungan Israel adalah hukuman mati bagi pasien Covid-19 di Jalur Gaza.
 
"Jalur Gaza kekurangan mesin penghasil oksigen, ventilator, alat pelindung, dan alat kebersihan," kata Dr Basim Naim, kepala hubungan internasional di pemerintahan yang dipimpin Hamas.
 
"Tiga puluh dua persen obat dasar dan 62 persen obat dan bahan untuk laboratorium medis tidak tersedia," tambah Basim Naim.

Baca Juga: Ingin Perbaiki Kualitas SDM, Tjahjo Kumolo Beberkan 4 Ancaman yang Harus Dihadapi ASN 

Mantan menteri kesehatan Palestina itu meminta komunitas Internasional dan badan-badan bantuan untuk segera turun tangan guna menghentikan bencana yang akan segera terjadi di Gaza, dirinya menuduh Israel membatasi masuknya pasokan medis dengan dalih keamanan.
 
"Pimpinan Hamas tidak akan menerima kematian rakyat Palestina baik karena kelaparan atau membiarkan mereka mati karena pandemi," kata Basim Naim.
 
“Kami meminta komunitas internasional untuk memberi kami sumber daya keuangan yang diperlukan untuk membeli semua barang yang diperlukan untuk memerangi virus,” tambah dirinya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x