"Di hari-hari terakhir pemerintahan politik sekutu Trump, Zionis berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Iran dan menciptakan perang besar-besaran," kata Hossein Dehghan, yang dikutip dari Reuters oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com.
Jaringan aplikasi pesan terenkripsi Telegram yang diyakini dekat dengan Pengawal Revolusi elite lIran melaporkan bahwa badan keamanan tertinggi, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di Iran, telah mengadakan pertemuan darurat dengan komandan militer senior yang hadir.
Negara-negara Barat tidak ada yang memberikan keterangan, Israel pun menolak berkomentar.
Gedung Putih, Pentagon, Departemen Luar Negeri AS, maupun CIA juga menolak berkomentar, begitu pula dengan tim transisi Joe Biden.
Baca Juga: Selain Minta Maaf Atas Kasus Edhy Prabowo, Gerindra Minta KPK Dapat Transparan ke Publik
Fakhrizadeh telah diincar oleh Dinas Intelijen Barat dan Israel selama bertahun-tahun sebagai pemimpin misterius dari program bom atom rahasia yang dihentikan pada tahun 2003, yang oleh Israel dan Amerika Serikat dituduh oleh Teheran berusaha untuk memulihkannya.
Iran telah lama menentang upaya mempersenjatai energi nuklir.
"Sayangnya, tim medis tidak berhasil menyelamatkan Fakhrizadeh dari beberapa menit setelah kejadian, manajer dan ilmuwan ini mencapai status kemartiran yang tinggi setelah bertahun-tahun berusaha dan berjuang," kata angkatan bersenjata Iran dalam sebuah pernyataan.
Kantor berita semi-resmi Tasnim mengatakan, "Teroris meledakkan mobil lain" sebelum menembaki kendaraan yang membawa Fakhrizadeh dan pengawalnya dalam penyergapan di luar ibu kota.***