Perang Berlanjut di Media Sosial, Twitter Blokir Akun Pendukung Kerajaan Thailand

- 1 Desember 2020, 08:07 WIB
Kerajaan Thailand yang memiliki sistem monarki dan Twitter dikabarkan memblokir akun pendukung kerajaan.
Kerajaan Thailand yang memiliki sistem monarki dan Twitter dikabarkan memblokir akun pendukung kerajaan. /NY Times

PR BEKASI - Pihak Twitter dikabarkan telah menutup sejumlah akun yang dianggap mendukung Kerajaan Thailand.

Menurut kabar yang beredar, penutupan itu dipicu penyebaran disinformasi oleh akun terkait tersebut  untuk mengubah opini publik soal Kerajaan Thailand dan Raja Maha Vajiralongkorn.

Akun tersebut diketahui bernama @jitarsa_school yang dibuat pada September lalu. Akun @jitarsa_school memiliki kurang lebih 48 ribu pengikut sebelum ditutup oleh Twiitter.

Baca Juga: Pertama dalam Sejarah AS, Tim Komunikasi Joe Biden Diisi oleh Banyak Wanita

Mengacu pada profilnya, akun itu dibuat oleh kelompok Royal Volunteers Programme yang mendedikasikan dirinya untuk monarki Thailand.

"Akun terkait kami tutup karena melanggar aturan kami soal pesan-pesan spam dan manipulasi platform," tulis keterangan pers Twitter, dikuti oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Selasa, 1 Desember 2020.

Sebelumnya diberitakan bahwa situasi di Thailand tengah memanas sejak bulan Juli lalu lantaran warga Thailand mendesak adanya reformasi pemerintahan yang menurut mereka telah bekerja dengan tidak becus dan sewenang-wenang.

Secara umum ada tigal hal yang demosntran tuntut dalam unjuk rasa yakni, pencopotan Prayuth Chan-o-cha sebagai PM Thailand, konstitusi baru, dan perubahan wewenang Kerajaan Thailand.

Baca Juga: Ditambah 'Hayya Alal Jihad', Azan di Ponpes Habib Bahar bin Smith Viral di Internet

Beberapa waktu terakhir, perlawanan antara pemerintah dan gerakan rakyat mulai merembet ke media sosial. Kedua pihak sama-sama sadar bahwa media sosial penting untuk menjaring dukungan sebanyak mungkin atas misi mereka.

Sementara, pemerintah Thailand telah memberdayakan banyak akun untuk memborbardir masyarakat dengan pesan pro-pemerintah dan monarki. 

Diketahui, akun-akun tersebut juga dikoordinir untuk menyebarkan tagar yang seragam secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan kata lain, @jitarsa_school hanyalah salah satunya dan masih banyak akun lainnya.

Kemudian, akun @jitarsa_school apabila pengikutnya dicek, 80 persen di antaranya adalah akun pro-monarki dan pemerintahan Thailand. Dan, apabila akun-akun itu dicek lebih lanjut tanggal pembuatannya, mayoritas "lahir" di periode yang sama dengan @jitarsa_scholl.

Baca Juga: Soroti Sikap Bima Arya ke Habib Rizieq, Politisi PKS: Apakah Pasien di Bogor Diperlakukan Kaya Gini?

Hal tersebut menandakan upaya Thailand bermain di ranah media sosial bermula pada September lalu.

Beberapa bentuk unggahan yang disebar oleh @jitarsa_school, biasanya berupa foto Maha Vajiralongkorn diikuti dengan berbagai tagar.

Selanjutnya, tagar-tagar itu mulai dari #StopViolatingTheMonarchy, #ProtectTheMonarchy, #WeLoveTheMotherOfTheLand, #WeLoveTheMonarchy hingga #MinionsLoveTheMonarchy.

Sementara, pihak Kerajaan Thailand, hingga berita ini ditulis, belum mau berkomentar. Sejak Juli, mereka menerapkan kebijakan tidak mau berkomentar ke media mengenai situasi di Thailand.

Baca Juga: Gagah di Balik Baju Darth Vader, Aktor Dave Prowse Meninggal Usai Diserang Virus 'Asing' Covid-19

Kemudian, pemimpin kelompok pro monarki Warong Dechgitvigrom, mengklaim tidak tahu apa pun soal @jitarsa_school tetapi menyakini akun seperti itu tulus mendukung kerajaan.

"Tagar-tagar pro-monarki itu otentik, dari hati yang terdalam," katanya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x