Sebelum melakukan pengujian, partisipan juga sudah diberitahu tentang kemungkinan ini, tetapi para ahli tidak menduga bahwa antibodi yang dihasilkan cukup untuk sampai mengelabui tes HIV.
Untungnya sejauh ini tidak dilaporkan ada efek samping serius yang dilaporkan dari 216 relawan dalam uji klinis vaksin.
Pemeriksaan lebih jauh juga mengonfirmasi bahwa tidak ada relawan yang terinfeksi oleh HIV.
Namun, karena menimbulkan kecemasan dan kemungkinan mengganggu upaya deteksi kasus HIV, akhirnya peneliti memutuskan menghentikan pengembangan vaksin ini.
Baca Juga: Azis Syamsuddin Tepis Isu Normalisasi dengan Israel: Indonesia Sepenuhnya Berdiri Bersama Palestina
Brendan Murphy selaku kepala otoritas kesehatan Australia menyebutkan bahwa jika pengembangan vaksin ini diteruskan, kemungkinan vaksin akan efektif bekerja.
Namun, mereka tak mau ambil risiko dengan hasil tes HIV positif palsu ini yang akan menimbulkan kebingungan dan keraguan di masyarakat.
Akibat kemunculan hasil tes HIV positif palsu ini, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa pemerintah Australia tidak mau terburu-buru untuk memberikan izin darurat penggunaan vaksin corona buatan Pfizer dan BioNTech.
Scott Morrison menyatakan Australia saat ini berada dalam kondisi yang berbeda dengan Inggris, yang mana sudah lebih dulu memberikan izin darurat penggunaan vaksin buatan Pfizer.
Baca Juga: Aksi Panggung Kelewatan, Begini Kronologi Pengeroyokkan Vokalis Band oleh 5 Sekuriti di Bekasi