Kerusuhan Pendukung Trump Pecah di Gedung Captol, Twitter dan Facebook Dinilai Miliki Peran Besar

- 8 Januari 2021, 20:50 WIB
Pendukung Presiden Donal Trump menyerbu gedung Parlemen AS, Capitol Hill, Washington D.C.
Pendukung Presiden Donal Trump menyerbu gedung Parlemen AS, Capitol Hill, Washington D.C. /Washington Post/ Bonnie Joe Mount/Washingtom Post

PR BEKASI - Facebook, Twitter, dan jejaring media  sosial lainnya telah dituduh ikut berperan atas kerusuhan yang terjadi di gedung Capitol, AS.

Ketika sekelompok pendukung Donald Trump memasuki gedung tersebut, diketahui aksi itu terselenggara setelah ajakan umum yang sebagian besar terjadi di jejaring media sosial serta menampilkan pendukung sejumlah teori konspirasi yang berkembang di internet.
 
Para eksekutif dan investor teknologi seperti Facebook dan Twitter kini memiliki peran dalam kekerasaan tersebut.

Baca Juga: Soroti Kekerasan di Capitol AS, Gedung Putih: Kami Mengecam Kejadian itu Sekeras Mungkin 

Jejaring sosial tersebut akhirnya memang mengambil tindakan: pada saat publikasi, Facebook dan Instagram telah melarang Donald Trump "tanpa batas waktu", sementara Twitter mengatakan bahwa setiap unggahan baru yang melanggar aturannya akan menjadi pelarangan di situsnya.

Tetapi banyak ahli bertanya, mengapa kecaman seperti itu tidak dilakukan di awal, mengingat Donald Trump telah berulang kali melanggar aturan situs media sosial selama masa kepresidenannya.
 
Termasuk unggahan Trump ketika dia tampaknya mendorong pendukungnya yang mungkin mempertimbangkan aksi kekerasan yang terjadi pada Rabu, 6 Januari.

Pada 19 Desember lalu, misalnya, Donald Trump menginstruksikan pengikutnya untuk "berada di sana, akan menjadi liar!". Unggahan itu tetap tayang di Twitter dan telah dibagikan lebih dari 75.000 kali.

Baca Juga: Positif Covid-19 saat Akan Liburan, Dea Annisa Ungkap Kisahnya Bisa Lewati Masa Penuh Kepanikan 

Momen tersebut menghadirkan perhitungan bagi perusahaan media sosial yang selama bertahun-tahun dituduh melakukan tindakan terlalu sedikit dan terlalu banyak tentang Trump serta pendukungnya.

Chris Sacca, seorang selebriti dan investor dari Venture Capital yang merupakan investor awal di Twitter, termasuk di antara mereka yang secara pribadi menuduh orang-orang yang bekerja di perusahaan media sosial telah mendorong kekerasan.

"Tangan Anda berlumuran darah," tulisnya, menunjuk kepala eksekutif Twitter Jack Dorsey dan Mark Zuckerberg dari Facebook.  

Selama empat tahun Anda telah merasionalisasi teror ini. Menghasut pengkhianatan dengan kekerasan bukanlah latihan kebebasan berbicara," sambung Sacca.

Baca Juga: Akui Heran Blusukan Risma Jadi Dibuat Ruwet, Tsamara Amany: Pejabat Punya Cara Masing-masing 

"Jika Anda bekerja di perusahaan itu, Anda juga bertanggung jawab. Matikan itu," ucapnya, seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari The Independent, Jumat, 8 Januari 2021.

Tuduhan tanggung jawab juga datang dari mereka yang pernah bekerja di perusahaan media.  

Mantan kepala petugas keamanan Facebook, Alex Stamos, mengatakan bahwa kedua perusahaan tersebut perlu menghapus akun Trump - dan insiden tersebut menunjukkan masalah yang lebih luas dengan industri teknologi dan kegagalannya untuk mengatur dirinya sendiri.

Ellen Pro, yang menjabat sebagai kepala eksekutif Reddit antara 2014 dan 2015, mencatat bahwa dia telah memperingatkan Twitter ketika Donald Trump dapat menggunakan situs tersebut untuk mencoba melalukan kudeta.  

Baca Juga: Atasi Kemacetan Bekasi, Kementerian PUPR Kebut Pembangunan Underpass Bulak Kapal 

Dia mencatat bahwa dia di antara pegiat lain telah mengatakan kepada Twitter untuk "melakukan tindakan yang benar" dengan mengeluarkan Trump dari layanan, tetapi situs tersebut tidak mengambil tindakan tegas.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x