Alih-alih rencana tersebut, ia berencana untuk membagikan contoh spesifik situasi ketika cosplayer mungkin diminta untuk membayar biaya hak cipta untuk meningkatkan kesadaran.
Pemerintah Jepang telah mendengar masukan dari para kreator serta cosplayer, termasuk Enako, yang telah ditunjuk sebagai duta besar pemerintah Jepang terkait masalah ini.
Beberapa cosplayer telah menunjukkan perlunya kerangka kerja yang memungkinkan mereka menghubungi pemegang hak cipta untuk mendapatkan izin saat akan cosplay menjadi suatu karakter.
Taro Yamada, anggota Komisi Riset Strategi Kekayaan Intelektual Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, telah mengusulkan pembuatan database untuk memudahkan orang mengidentifikasi pemegang hak cipta.
Baca Juga: Berkat Kotoran Burung, Gurun Terkering di Bumi Ini Pernah Jadi Oasis yang Subur
“Kami membutuhkan kerangka kerja untuk melindungi pencipta karakter dan para cosplayer,” kata Taro Yamada.
Budaya cosplay sendiri pertama kali muncul bukan dari Jepang, melainkan dari Amerika Serikat pada 1960-an
Kemunculan tersebut diawali oleh para penggemar cerita dan film fiksi ilmiah yang sering menggunakan kostum seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut di konveksi fiksi ilmiah.
Tradisi penyelenggaraan konvensi fiksi ilmiah sampai ke Jepang pada dekade 1970-an dalam bentuk acara peragaan kostum hingga akhirnya pada dekade 1980-an budaya cosplay semakin menyebar ke seluruh Jepang bahkan dunia.