Baca Juga: Ustad Maaher Wafat di Rutan Mabes Polri, HNW: Polisi Harus Terbuka, Agar Tak Jadi Fitnah
Zaw Myo Htut, seorang pelanggan, mengatakan babwa lirik lagu itu beresonansi dengannya dan inilah alasan mengapa dia memilih sebagai atonya.
"Saya merasa marah dengan emosi yang tersisa," katanya.
Menyuarakan aspirasi politik lewat tato bukan pertama kalinya populer di Myanmar.
Menjelang pemilu demokratis pertama pada 2015 terdapat tren tato wajah Aung San Suu Kyi.
Tato ini semakin marak ketika partainya memenangkan pemungutan suara secara telak.
Di Yangon, seniman tato John Gyi mengatakan hal itu membuatnya terhibur mengetahui karya seninya secara kecil membantu memajukan gerakan pro-demokrasi.
"Saya tidak suka kediktatoran militer, jadi saya mentato mereka yang memiliki ide yang sama dengan saya," katanya.
Baca Juga: Waspada Banjir, BPBD DKI Jakarta Sebut Pintu Air Sunter Hulu Masih Siaga 2 dan Manggarai Siaga 3