Muslim di Swiss Waswas, Kecam UU Pelarangan Bercadar di Tempat Umum Jelang Pemilihan Parlemen Baru

- 3 Maret 2021, 09:33 WIB
Seorang wanita menggunakan jilbab di Bern, Swiss pada 2011 lalu.
Seorang wanita menggunakan jilbab di Bern, Swiss pada 2011 lalu. /REUTERS/Michael Buholzer/REUTERS

Baca Juga: Ungkap Perilaku Rina Gunawan Semasa Hidup, Ashanty: Aku Enggak Akan Pernah Lupa Apa yang Kamu Lakukan 

Bagi Andreas Tunger-Zanetti, seorang peneliti Islam di Universitas Luzern dan penulis buku The Burqa Debate di Swiss, pemilihan parlemen yang akan datang itu lebih dari sekadar pakaian.
 
“Ini tentang mengelola keragaman. Ini adalah masalah bagi banyak orang di Swiss karena tidak ada lagi profil identitas berbeda yang diingat orang sejak masa mudanya,” katanya.
 
Tunger-Zanetti mengatakan burqa adalah sasaran empuk yang mewakili ancaman keragaman karena tidak diragukan lagi dikaitkan dengan Islam oleh para pemilih Swiss.
 
Menurut statistik resmi, ada sekitar 380.000 Muslim yang tinggal di Swiss, sekitar 5 persen dari populasi, banyak yang berasal dari negara Balkan seperti Bosnia, Albania, dan Kosovo.

Baca Juga: Setiap Anggota Setor Lima Persen dari Pendapatan, Polri Ungkap Pendanaan Teroris JI

Baca Juga: Hasil Survei COPS Sebut Budiman Sudjatmiko Calon Pemimpin 2024, Kalahkan Ridwan Kamil dan AHY 

Statistik resmi tentang wanita yang memakai penutup wajah tidak ada, tetapi Tunger-Zanetti mengatakan jumlahnya rendah.
 
Tahun lalu, dia melakukan survei di antara tokoh-tokoh kunci di komunitas Muslim Swiss, menanyakan berapa banyak wanita yang mereka kenal yang mengenakan penutup wajah penuh.
 
“Survei tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada burqa di Swiss. Sulit untuk melihat bagaimana ini bisa dijual sebagai Islamisasi pura-pura,” kata Tunger-Zanetti.
 
Dirinya mengatakan bahwa sebanyak 21 dari 37 wanita Muslim di Swiss mengenakan burqa atau niqab.***

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x