Peliknya Berburu 'Jamur Mahal' Truffle di Gurun Musiman Irak, Diintai Serigala hingga Risiko Ranjau Darat

- 19 Maret 2021, 15:49 WIB
Penjual truffle sedang duduk di sebuah pasar di kota Samawa, Irak pada 22 Februari 2021.
Penjual truffle sedang duduk di sebuah pasar di kota Samawa, Irak pada 22 Februari 2021. /Reuters

PR BEKASI – Salah satu keluarga pencari jamur Truffle gurun musiman di Irak bersyukur atas hasil temuannya.

Zahra Buheir, yang berusia 72 tahun, bahkan menuturkan bahwa temuan Truffle yang kini ia dapat sebagai berkah dari Allah.

“Ini dia, truffle, berkah dari Allah!” ucap Zahra Buheir dengan hati-hati menggali truffle gurun dari tanah berpasir dan memamerkannya di antara jari-jari tangannya.

"Hujan datang diiringi guntur menyambar, membawa truffle ke permukaan," sambung Buheir seperti dikutip Pikiranrakyat_Bekasi.com dari Reuters pada Jumat, 19 Maret 2021.

Baca Juga: Heboh Poster Deklarasi Puan-Moeldoko untuk Pilpres 2024, Rocky Gerung: Diomelin Jokowi lalu Berlindung di PDIP

Baca Juga: Ratusan Warganya Berubah Jadi 'Salmon', Pejabat Taiwan Minta Perubahan Nama demi Sushi Gratis Dihentikan

Baca Juga: Jadi Kasus Pertama, Petugas Medis di China Terkonfirmasi Positif Covid-19 Usai Ikut Vaksinasi 

Mencari truffle di gurun bukanlah tanpa risiko. Para pencari harus menantang kemungkinan cuaca buruk di gurun yang berada di Selatan Irak itu, terlebih masih adanya bahaya ledakan dari ranjau darat yang masih tertinggal di daerah itu.

Buheir dan tujuh keluarganya menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk berburu truffle musiman yang telah menjadi mata pencaharian bagi mereka selama beberapa generasi.

Para pencari truffle dapat mengantongi hingga $7 sekitar Rp100 ribu (kurs Rp14.000) per kilo tahun ini, truffle gurun Irak lebih murah daripada Truffle Eropa yang lebih langka dan dapat berharga ratusan dolar atau lebih dalam satu kilo.

Namun dengan ekonomi Irak yang masih dalam krisis, penjualan Truffle lokal sangat membantu Buheir dan keluarganya.

Tahun ini hujan datang terlambat dan Buheir hanya bisa menemukan sekitar satu kilo truffle per hari, sepersepuluh dibanding tahun dengan kondisi cuaca yang baik.

Baca Juga: Mahfud MD Bolehkan Langgar Konstitusi Demi Keselamatan Rakyat, Said Didu: Atas Dasar Apa? 

Dalam proses perburuan truffle, Buheir kerap dibantu keluarganya.

Termasuk cucunya Riyam yang berusia 5 tahun, selain menemani orang tuanya belajar berdagang dan gaya hidup gurun pasir, ia kerap membalik batu dan menggali tanah dengan tangan kosong untuk mencari Truffle.

“Saat tidak ada pekerjaan, truffle menjadi sumber penghasilan. Dan kami bahagia di sini,” kata ayah Riyam, Mohsen Farhan.

Belajar berburu truffle akhir-akhir ini juga melibatkan pemahaman tentang bahaya gurun.

“Kami takut pada serigala, ada banyak di sini. Dan ada ranjau. Beberapa waktu lalu ada yang meninggal,” kata Farhan.

Baca Juga: Berdalih Hotel Sepi, Cynthiara Alona Ditetapkan Tersangka Eksploitasi Anak Usai Jalankan Prostitusi Online 

Sisa-sisa ranjau dari perang Teluk pada tahun 1991 masih tersisa.

Ranjau yang tidak meledak ini dapat disalah artikan sebagai truffle oleh mata orang yang tidak berpengalaman.

Setiap beberapa hari, Hussein Abu Ali, berkendara ke padang pasir dari kota Samawa untuk menjual truffle ke pasar.

Di sana, Ali Tajj al-Din menjualnya di pelelangan, masing-masing dengan nama berbeda sesuai ukurannya.

“Ini kenari, telur, jeruk, dan ini delima, yang terbesar,” katanya.

Tahun ini, kelangkaan telah mendorong harga dan truffle yang tidak dijual secara lokal diekspor ke negara-negara Teluk yang lebih kaya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x