"Saya tidak ingin kehilangan satupun dari rekan saya, tetapi kami akan memprotes sebisa kami sampai revolusi kami menang," ujarnya
Di kota-kota Myanmar, orang-orang berkumpul di malam hari untuk mengangkat lilin dengan spanduk protes dan kemudian berfoto. Hal itu dilakukan para demonstran untuk mengabadikan dirinya sebelum gugur.
Baca Juga: Billy Syahputra Nangis saat Dinyanyikan Lagu Putus atau Terus, Judika: Langsung Melehoy Dia
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat, 19 Maret 2021 mengutuk apa yang dikecam sebagai kekerasan brutal militer yang terus berlanjut.
Pelapor PBB Tom Andrews juga menyerukan sanksi atas apa yang disebut sebagai serangan kejam para jenderal terhadap rakyat.
“Dunia harus merespons dengan memotong akses mereka baik uang dan senjata. Sekarang,” ujar Andrews di akun Twitter miliknya.
Di Amerika Serikat lewat Dewan Perwakilan Rakyat telah menyetujui undang-undang yang mengutuk kudeta di negeri seribu Pagoda itu dan para anggota parlemen mengecam taktik yang semakin keras terhadap para demonstran.
Kendati demikian, untuk mendapatkan informasi yang pasti masih sangat sulit didapatkan karena pihak militer Myanmar telah memperketat pembatasan layanan internet, membuat informasi semakin sulit untuk diverifikasi, dan menekan media pribadi.
"Pemadaman internet dan penindasan media tidak akan menyembunyikan tindakan menjijikkan militer," ujar duta besar negara-negara barat dalam sebuah pernyataan pada Jumat, 19 Maret 2021.