Saat ditemui oleh Reuters, Sadiman memakai topi ranger khasnya dan baju safari. Sadiman hanya memiliki satu nama, seperti kebanyakan orang Indonesia.
“Saya berpikir sendiri, kalau tidak menanam pohon banyan, daerah ini akan menjadi kering,” kata Sadiman seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Sabtu, 3 Maret 2021.
“Menurut pengalaman saya, pohon bayan dan pohon ficus bisa menyimpan banyak air,” sambungnya.
Akar panjang dari 11.000 pohon banyan (Beringin India) dan ficus ( Beringin Ara / Waringin) yang menyebar ke segala arah sejauh 250 hektar di wilayah tersebut telah membantu menyerap air tanah dan mencegah erosi tanah.
Berkat usahanya, mata air telah terbentuk ketika dahulu adalah tanah tandus dan gersang, airnya kemudian dialirkan ke rumah-rumah dan digunakan untuk mengairi pertanian.
Namun, pada awalnya hanya sedikit warga desa yang mengapresiasi karyanya.
“Orang-orang mengejek saya karena membawa bibit pohon bayan (beringin) ke desa, karena mereka merasa tidak nyaman karena mereka yakin ada makhluk halus di pohon itu,” sambungnya.
Menurut kesaksian warga lain, Warto, bahkan ada yang mengira Sadiman sebagai orang gila karena menukar bibit pohon dengan kambing yang dia pelihara.