Facebook Hapus Akun Kelompok Peretas China yang Targetkan Pengguna Uighur di Luar Negeri untuk Diawasi

- 25 Maret 2021, 16:34 WIB
Ilustrasi Muslim Uighur di China
Ilustrasi Muslim Uighur di China /Dancingturtles.org

PR BEKASI - Sebuah gerakan peretasan yang terjadi di dunia siber, dilaporkan telah dilakukan oleh sekelompok peretas China kepada orang Uighur yang berada di luar negeri serta orang-orang yang pro terhadap komunitas muslim Uighur, Xinjiang, China.

Atas hal itu Facebook mengambil tindakan dengan mengumumkan penghapusan akun sekelompok peretas yang menggunakan Facebook untuk menginfeksi perangkat milik orang Uighur yang berada di luar negeri dengan malware.

Malware yang digunakan untuk memata-matai atau mengawasi itu oleh Facebook dilakukan pada beberapa wilayah seperti pengguna di Turki, Kazakhstan, AS, Suriah dan negara lainnya.

"Mereka menargetkan aktivis, jurnalis dan pembangkang yang sebagian besar berada di antara orang Uighur dari Xinjiang di China, terutama yang tinggal di Turki, Kazakhstan, Amerika Serikat, Suriah, Australia, Kanada, dan negara lain," kata Facebook dalam sebuah unggahannya seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari UPI News, Kamis, 25 Maret 2021.

Baca Juga: Tampak Ada Pesanan Politik di Kasus Habi Rizieq, Munarman: Ada Pemutar Balikan Fakta

Baca Juga: Sidang HRS Dilakukan secara Offline, 1.985 Personel Gabungan Dikerahkan untuk Lakukan Pengamanan

Baca Juga: Nama Sule Disebut Warganet Soal Artis Tak Mau Diroasting, Kiky Saputri: Jujur Saya Sedih dan Tak Enak Hati

Kelompok peretas yang diistilahkan dengan Earth Empusa atau Mata Jahat ini diketahui telah menggunakan berbagai taktik spionase atau mata-mata dalam dunia maya.

Mereka akan mengidentifikasi target baru kemudian berusaha membuat perangkat pengguna terinfeksi malware sehingga pengawasan terhadap perangkat dapat diaktifkan.

Facebook menyatakan bahwa para peretas tersebut menyembunyikan identitas mereka agar bisa menjerat para pengguna ke dalam jebakan. Beberapa di antaranya mereka sengaja membuat situs atau laman daring yang dipalsukan, seolah merupakan situs untuk berita seputar Uighur.

Hal lainnya seperti membobol situs web sah yang sering dikunjungi oleh anggota komunitas dari kelompok minoritas Muslim Uighur, Xinjiang tersebut.

Baca Juga: Besok Bansos untuk Anak Rp300 Ribu Bakal Cair, Simak Syarat dan Kriteria Penerimanya

Untuk mengelabui para pengguna lain, kelompok peretas juga dilaporkan membuat akun Facebook palsu dengan menyamarkan dirinya sebagai seorang jurnalis, aktivis HAM, atau orang Uighur.

Tujuannya agar mendapatkan kepercayaan dari pengguna lainnya dan mengarahkan mereka kepada jebakan berupa tautan berbahaya yang jika diklik akan menginfeksi perangkat mereka sendiri.

Taktik lain yang digunakan untuk menjerat korban adalah melalui aplikasi untuk ponsel pintar, seperti membuat aplikasi keyboard, doa, hingga kamus.

Baca Juga: Tanpa Disadari, Baim Wong Baru Tahu Teryata Paula Verhoeven Pernah Terpapar Covid-19 Usai Lakukan Hal Ini

"Kegiatan ini memiliki ciri khas operasi dengan sumber daya yang baik dan gigih sambil mengaburkan (identitas) siapa di belakangnya," kata Facebook.

"Di platform kami, kampanye spionase dunia maya ini terwujud terutama dalam mengirimkan tautan ke situs web berbahaya daripada berbagi langsung malware itu sendiri," sambung Facebook.

Atas sejumlah kegiatan berbahaya itu, Facebook mengatakan pihaknya telah memblokir situs web berbahaya dari platformnya, menghapus akun Facebook grup dan memberi tahu mereka yang diyakini menjadi target dari praktik pemerasan tersebut.

Baca Juga: Ramai Isu Presiden 3 Periode, Ahmad Syaikhu: Jangan Jadi Presiden, Tapi Jadilah Kepala Desa!

Seperti diketahui bahwa hingga kini telah banyak negara dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya yang menuding China telah melakukan praktik genosida terhadap komunitas minoritas muslim Uighur, di Xinjiang.

Sementara itu sebuah lembaga asal Amerika Serikat, Newslines Institute for Strategy and Policy mengatakan dalam sebuah laporan yang diunggah pada Senin, 8 Maret 2021 mengumpulkan sejumlah bukti terhadap praktik Genosida tersebut.

Dalam laporan itu dikatakan bahwa telah terjadi penyiksaan sistematis dan perlakuan kejam serta tidak manusiawi. Kematian para pemimpin Uighur, hukuman jangka panjang, pencegahan kelahiran, hingga pengiriman anak Uighur ke panti asuhan yang dikelola China untuk dibesarkan dalam lingkungan tersebut.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: UPI.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x