Saat Pasukan Etnis Bersatu Lawan Kudeta, Perang Kembali Terjadi di Perbatasan Myanmar

- 31 Maret 2021, 19:11 WIB
 Sebuah pos garis depan tentara Myanmar terlihat dari sisi Thailand di Thanlwin yang juga dikenal sebagai tepi Sungai Salween di Mae Hong Son, Thailand pada 25 Maret 2021.
Sebuah pos garis depan tentara Myanmar terlihat dari sisi Thailand di Thanlwin yang juga dikenal sebagai tepi Sungai Salween di Mae Hong Son, Thailand pada 25 Maret 2021. /REUTRES/

"Jika semua etnis bersenjata bersatu, mereka bisa menang," kata Isaac seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Rabu, 31 Maret 2021.

Ketika kekerasan meningkat, beberapa kelompok bersenjata telah mengutuk junta karena melakukan tindakan yang tidak sah dan berjanji untuk mendukung para pengunjuk rasa anti-kudeta.

Di negara bagian Karen tenggara, salah satu kelompok terkuat yakni Persatuan Nasional Karen (KNU) mengatakan mereka menanggapi permohonan bantuan dari lawan kudeta dengan mengirim pejuang untuk melindungi pengunjuk rasa.

Baca Juga: Tunggu Keputusan Arab Saudi Soal Ibadah Haji, Kemenag Koordinasi dengan Kemenkes Terkait Kesehatan Jemaah Haji

Pasukannya menyerang posisi tentara Myanmar dan memutus rute pasokan, yang menurut kelompok itu sebagai tanggapan atas perambahan di wilayahnya.

Di utara, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) telah melancarkan serangan serupa.

Pada hari Selasa, 30 Maret 2021, tiga pasukan gerilya lainnya, termasuk Tentara Arakan di negara bagian Rakhine barat, bersumpah untuk bergabung dengan apa yang mereka sebut "revolusi musim semi" jika pembunuhan tidak berhenti.

Anggota parlemen sipil dalam persembunyiannya, telah mengumumkan rencana untuk membentuk "pemerintah persatuan nasional" pada Kamis, 1 April 2021.

Anthony Davis, seorang analis keamanan di perusahaan intelijen Jane, yang berbasis di Inggris, memperkirakan total kekuatan pasukan etnis sekitar 75.000, cukup untuk melemahkan 350.000 tentara Myanmar jika dipaksa bertempur di berbagai medan.

"Jika pemberontak Kachin, Karen, Shan, dan mungkin Rakhine terlibat dalam operasi militer yang meluas, betapapun terkoordinasi secara longgar, dan pada saat yang sama ada peningkatan kekerasan di daerah pedalaman, Tatmadaw (Angkatan Bersenjata Myanmar) akan menghadapi masalah besar," katanya.

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah