“Kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan mendasar yang wajib diterima seluruh warga," katanya saat berkunjung ke Pusat Kebudayaan Islam Avicenna di kota Rennes.
Gerald Darmanin mengatakan, dia mengunjungi masjid dan pusat kebudayaan Islam Avicenna tersebut untuk menunjukkan solidaritas pemerintahan Presiden Emmanuel Macron dengan komunitas Muslim Prancis.
Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) mengatakan insiden di Rennes terjadi dua hari setelah serangan pembakaran di Masjid Arrahma di Nantes.
Selain itu, jurnalis Muslim bernama Nadiya Lazzouni juga mendapatkan ancaman pembunuhan setelah dirinya menentang rencana larangan penggunaan jilbab.
Baca Juga: Warganet Kecam Pernikahan Pasangan Sesama Jenis di Thailand, Mempelai Mengaku Kebingungan
CFCM mengatakan pemerintah Prancis harus bertanggung jawab atas meningkatnya aksi teror anti-Muslim di Prancis.
Hal tersebut menyusul maraknya perdebatan mengenai rencana pengesahan undang-undang yang tidak menguntungkan bagi umat Muslim.
Dalam sebuah pernyataan, CFCM mengatakan perdebatan itu sayangnya telah menjadi forum untuk pembenci dari semua lapisan.
Ia menambahkan bahwa slogan-slogan Islamofobia adalah bagian dari gerakan separatis yang ideologinya mengilhami Brenton Tarrant, yang menembaki dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019.
Baca Juga: Selama Ramadhan 2021, Masjid Istiqlal Tak Selenggarakan Buka dan Sahur Bersama tapi Bolehkan Tarawih