Ekspor Senjata ke Indonesia, Keseriusan Selandia Baru soal HAM Dipertanyakan

- 17 April 2021, 15:29 WIB
Ilustrasi senjata api.
Ilustrasi senjata api. /Pixabay

PR BEKASI – Media asing asal Selandia Baru, RNZ mempertanyakan keseriusan negaranya dalam menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) terkait ekspor senjata ke Indonesia.

Khusus untuk Indonesia, RNZ menduga senjata yang Selandia Baru ekspor ke tanah air diduga dipakai oleh militer Indonesia dalam konflik bersenjata di Papua Barat.

Diketahui, sebelumnya Selandia Baru telah memutuskan hubungan militer dengan Indonesia setelah gejolak 1999 di Timor Leste.

Baca Juga: Soal Yuni Shara Dibully Keriput saat Kenakan Kain Ulos, Ferdinand Hutahaean: Kamu Tambah Cantik dan Makin Muda

Namun, Selandia Baru secara diam-diam telah memulihkan hubungan pelatihan pertahanan dengan Indonesia pada 2007.

Keterlibatan pertahanan antara Indonesia dan Selandia Baru pun terus meningkat, sehingga sekarang termasuk beberapa ekspor senjata yang akhirnya dipertanyakan.

Jurnalis RNZ, Maire Leadbeater mengatakan hal tersebut dalam sudut pandang aktivis kemerdekaan Timor Leste dan Papua Barat dikatakan sebagai hal yang keterlaluan.

Baca Juga: Ditanya Netizen Soal Kapan Berakhirnya Pandemi Covid-19, dr. Tirta: Ini Bisa Jadi Potensi Endemis di Indonesia

Dirinya juga menuduh Pemerintah Indonesia sampai saat ini belum bertanggung jawab terkait kematian warga Timor Leste selama perang tersebut berlangsung.

“Belum ada pertanggungjawaban atas peran militer Indonesia dalam kematian sekitar 200.000 orang Timor Leste selama dua puluh empat tahun pendudukan Indonesia,” katanya, dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari RNZ.

Menurut pengakuan Maire Leadbeater, saat ini pasukan Indonesia telah dikaitkan dengan dugaan pelanggaran HAM.

Baca Juga: Nangis Sesenggukan, Nagita Slavina Dapat Kejutan Spesial Usai Umumkan Kehamilan Anak Kedua

“Pasukan Indonesia melakukan pelanggaran HAM paling menyedihkan selama hampir enam dekade dan bertindak dengan impunitas terhadap mereka yang berani memprotes, betapapun damai,” katanya.

Maire Leadbeater kemudian kembali menush Indonesia telah melakukan tindakkan yang salah untuk meredam konflik bersenjata di Papua Barat dengan malah mengirimkan lebih banyak pasukan.

“Indonesia telah mengirimkan 1.350 personel militer ke Papua Barat pada Maret lalu untuk mengirim mereka ke titik-titik konflik di dataran tinggi untuk membasmi Tentara Pembebasan Papua Barat,” katanya.

Baca Juga: Partai Komunis China Dukung Kemerdekaan Papua, Benny Wenda: Rakyat Saya Tidak Aman di Tangan Indonesia

Dirinya menambahkan kebijakan Pemerintah Indonesia tersebut dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan pengungsian besar-besaran penduduk desa dan krisis kemanusiaan.

Maire Leadbeater kemudian melayangkan kritik terhadap Pemerintah Selandia Baru yang menurutnya menghargai tinggi hubungan bilateral mereka dengan Indonesia di atas hak rakyat Timor Leste atau Papua Barat.

Beberapa tahun sebelum dimulainya kembali hubungan dalam bidang pertahanan dengan Indonesia, seorang atase pertahanan Selandia Baru mengatakan bahwa "hubungan Selandia Baru-Indonesia menyerupai 'bangku berkaki tiga'.

Baca Juga: Nadiem Makarim Dinilai Tak Serius Urus Negara, Cholil Nafis: Setiap Kebijakannya Selalu Menunggu Reaksi Publik

“Hubungan kami dengan Indonesia bagai bangku berkaki tiga dengan satu kaki (aspek pertahanan) hilang. Militer tetap menjadi"kekuatan utama dalam kehidupan Indonesia,” katanya.

Setelah membaiknya hubungan militer kedua negara, Perwira Indonesia terpilih secara teratur menghadiri Kursus Staf dan Komando Lanjutan Angkatan Pertahanan Selandia Baru (ACSC) selama enam bulan.

Perwira Indonesia juga diundang ke Selandia Baru untuk menghadiri pembicaraan, lokakarya, dan pertemuan Pertahanan Bilateral.

Baca Juga: Simak! Ternyata Ini 3 Perubahan yang Terjadi di Dalam Tubuh saat Puasa

Militer Selandia Baru juga menawarkan pelatihan bahasa Inggris ketika perwira Indonesia menghadiri ACSC.

Sementara itu, militer Selandia Baru mengunjungi Indonesia untuk mengikuti studi banding, konferensi, dan upacara.

Pelatihan kepemimpinan profesional Selandia Baru di Indonesia dilakukan di bawah Program Bantuan Bersama (MAP) yang digambarkan sebagai inti dari hubungan pertahanan kedua negara.

Baca Juga: Geger! Diduga Babi Ngepet Terekam CCTV, Pemilik Mengaku Kehilangan Uang Rp6 Juta

MAP adalah payung pelatihan militer yang ditawarkan ke sejumlah negara Pasifik dan Asia Tenggara.

Pada tahun 2020, meski terjadi pandemi, tiga personel militer Indonesia menjalani pelatihan di Selandia Baru.

Satu orang mengikuti pelatihan bahasa Inggris, satu orang mengikuti kursus Staf dan Komando Tingkat Lanjut dan, untuk pertama kalinya sejak 2007, yang ketiga mengikuti Kursus Menengah Tempur Angkatan Darat Selandia Baru.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: RNZ


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x