Menlu Palestina: Gencatan Senjata Tidak Akan Menyelesaikan Akar Masalah Penjajahan Israel atas Yerusalem

- 21 Mei 2021, 16:40 WIB
Menlu Palestina, Riyad al Maliki mengatakan bahwa gencatan senjata tidak akan menyelesaikan masalah inti dari konflik Israel dan Palestina.
Menlu Palestina, Riyad al Maliki mengatakan bahwa gencatan senjata tidak akan menyelesaikan masalah inti dari konflik Israel dan Palestina. /Kolase foto dari Reuters

PR BEKASI - Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al Maliki mengatakan bahwa gencatan senjata adalah kesepakatan yang baik.

Kendati demikian, Maliki meyakini bahwa gencatan senjata tidak akan menyelesaikan akar permasalahan antara Israel dan Palestina.

Seperti yang diketahui, Israel dan Hamas menyepakati keputusan gencatan senjata pada Jumat, 21 Mei 2021 waktu setempat.

Baca Juga: Sudah Gencatan Senjata, Presiden Suriah Sebut Rezim Israel Bertahan Hidup dari Aksi Teror ke Rakyat Palestina

Menurut diplomat tertinggi di Palesina itu, gencatan senjata kemungkinan besar hanya akan membuat 2 juta warga Palestina "tidur tenang", bukan menyelesaikan masalah inti.

Oleh karena itu, dia meminta masyarakat internasional untuk tetap mendesak kemerdekaan Palestina.

Lebih lanjut, Maliki mengingatkan adanya insiden 'penodaan' yang dilakukan militer Israel di Masjid Al-Aqsa, serta pengusiran paksa warga Palestina di Sheikh Jarrah.

Baca Juga: Gencatan Senjata Israel-Palestina, Siapa yang Menang?

Selain itu, dia juga menegaskan bahwa Israel telah merebut Yerusalem Timur, termasuk Tepi Barat dan Gaza, yang sebenarnya merupakan wilayah Palestina, pada tahun 1967.

Kendati tidak pernah diakui oleh komunitas internasional, Israel tetap menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1980.

Sebagai informasi, Yerusalem Timur merupakan pusat kota Palestina yang mencakup situs suci bagi umat Muslim, Kristen, dan Yahudi.

Baca Juga: Hamas Buka Suara Soal Gencatan Senjata: Palestina Akan Tunduk pada Kesepakatan, Jika Israel Juga Melakukannya

Diketahui, lebih dari 200 pemukiman Israel dibangun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak tahun 1967 hingga 2017.

Oleh karena itu, Maliki menuding Israel dengan sengaja berupaya menghilangkan karakter multi-budaya dan multi-agama di Kota Yerusalem, dengan menghapus jejak Palestina.

"Kami menentang itu, kami menolak itu, dan kami akan terus berusaha keras untuk mencegah hal itu terjadi," tutur dia dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari TRT World pada Jumat, 21 Mei 2021.

Dia juga mengatakan bahwa normalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain, tidak dapat menjustifikasi konflik Israel dan Palestina.

"Sebaliknya, kami melihat hari ini bahwa masalah Palestina dan masalah Palestina, masalah Yerusalem dan pendudukan Yerusalem, adalah masalah paling penting bagi semua Muslim, dan Arab, dan dunia," kata Maliki.

Baca Juga: Aksi Bela Palestina Tapi Malah Bawa Bendera Italia. Warganet: Mau Nonton Piala Dunia?

"Kami ingin melihat rakyat Palestina merdeka dan juga tinggal di negara Palestina yang merdeka, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya," katanya.

Konflik mengenai kependudukan Israel di Yerusalem Timur terakhir kali dibahas pada tahun 2014 silam.

Selain itu, Palestina juga memutuskan hubungan dengan pemerintahan Donald Trump pada Desember 2017 setelah Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: TRT World


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x