Benjamin Netanyahu Terancam Lengser, Tuduh Koalisi Naftali Bennett Wujud Kecurangan Pemilu Israel

- 7 Juni 2021, 13:59 WIB
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tuduh koalisi Naftali Bennett sebagai wujud kecurangan politik Israel, seiring terancam lengser.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tuduh koalisi Naftali Bennett sebagai wujud kecurangan politik Israel, seiring terancam lengser. /Miriam Alster/Pool via REUTERS and REUTERS/Ammar Awad

 

PR BEKASI - Polemik perpolitikan di Israel semakin disoroti sejumlah pihak hingga saat ini.

Seperti diketahui bahwa Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu terancam akan gantikan oleh koalisi Naftali Bennet dan Yair Lapid.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu tidak bisa menerima kondisi tersebut.

Menurut Benjamin Netanyahu, upaya mengganti dirinya dengan Naftali Bennet adalah wujud kecurangan pemilu dalam sejarah demokrasi di Israel.

Baca Juga: Terancam Dipenjara, Kekuasaan PM Israel Benjamin Netanyahu Kini di 'Ujung Tanduk'

"Kita sedang menyaksikan salah satu kecurangan pemilu terbesar dalam sejarah Israel," kata Benjamin Netanyahu dalam pertemuan partainya, Likud, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Minggu, 6 Juni 2021.

"Menurut saya, bahkan dalam sejarah demokrasi di manapun," kata Benjamin Netanyahu, menambahkan.

Menurut Benjamin Netanyahu, unsur kecurangan bisa dilihat pada janji yang disampaikan eh Naftali Bennet.

Ia mengakui bahwa Naftali Bennett berjanji kepadanya untuk tidak berkoalisi dengan kubu sayap kiri ataupun sentris demi memperkuat kubu sayap kanan.

Baca Juga: Pemerintahan Baru Israel Siap Gulingkan Netanyahu, Bagaimana Nasib Warga Palestina?

Namun pada kenyataannya, Benjamin Netanyahu menyebutkan bahwa Naftali Bennet malah mengkhianati dirinya dengan merapat ke Yair Lapid dari kubu sentris.

Benjamin Netanyahu memperingatkan kembali bahwa koalisi Naftali Bennet-Yair Lapid akan membawa bencana ke Israel.

Hal itu melingkupi berbagai hal mulai dari ancaman program nuklir Iran hingga ancaman milisi Palestina Hamas.

Sebagai catatan, Israel dan Hamas sempat bertarung selama 11 hari perihal isu penggusuran Sheikh Jarrah.

Baca Juga: Oposisi Israel Bentuk Pemerintahan Baru, Mulai Bergerak Akhiri 12 Tahun Kekuasaan Netanyahu

"Kami, saya dan rekan-rekan di Likud, dengan sepenuhnya hati menentang koalisi kebohongan dan berbahaya ini," kata Benjamin Netanyahu, menegaskan.

Pernyataan Benjamin Netanyahu itu nyaris berbarengan dengan ucapan Kepala Keamanan Domestik Israel, Shin Bet.

Menurut Shin Bet, ada potensi kekerasan politis atas perubahan di pemerintahan. Akan tetapi menurutnya juga bisa berubah menjadi kekerasan fisik.

Menanggapi pernyataan Netanyahu, Naftali Bennett yang berasal dari partai ekstrim kanan Yamina itu menyebutnya sebagai satu kebohongan lagi.

Baca Juga: Prancis Sebut Israel Rasis usai Usir Paksa Warga Palestina di Sheikh Jarrah, Benjamin Netanyahu: Kurang Ajar

"Biarkanlah negeri ini untuk maju. Jangan rusak jasa-jasa kamu selama ini. Kami, seluruh warga Israel, ingin mengingat seluruh jasa kamu," kata Naftali Bennett.

Diberitakan sebelumnya, partai koalisi oposisi pada Rabu malam mengumumkan bahwa mereka sepakat untuk membentuk pemerintahan baru, manuver politik yang akan menggeser perdana menteri terlama Israel, Benjamin Netanyahu.

Hal itu merupakan tindak lanjut tugas dari Presiden Israel, Reuven Rivlin untuk membentuk kabinet baru.

Rivlin mendapati Benjamin Netanyahu telah gagal membentuk kabinet baru usai Pemilu Israel pada 23 Maret lalu.

Sebagaimana diketahui bahwa Pemilu berakhir imbang antara blok sayap kanan dan blok agama yang dipimpin Benjamin Netanyahu.

Banun, hingga saat ini Benjamin Netanyahu belum menyampaikan langkah apa yang akan diambil oleh pihaknya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x