Universitas Bergengsi di AS Berikan Dukungan Pada Palestina dan Sebut Israel Negara Apartheid

- 2 Juli 2021, 09:13 WIB
Dewan Mahasiswa Universitas Yale, Amerika Serikat telah menyatakan dukungan terhadap Palestina dan menyebut Israel sebagai negara Apartheid.
Dewan Mahasiswa Universitas Yale, Amerika Serikat telah menyatakan dukungan terhadap Palestina dan menyebut Israel sebagai negara Apartheid. /Columbia Spectator

PR BEKASI – Dewan mahasiswa di salah satu universitas paling bergengsi di Amerika Serikat, Universitas Yale telah menyatakan dukungan mereka terhadap Palestina.

Hal ini ini diketahui sangat bertolak belakang dengan Universitas Yale yang diketahui merupakan salah satu universitas di AS dengan jumlah mahasiswa Yahudi terbanyak.

Diketahui, mayoritas dari mereka telah menyetujui pernyataan yang mengecam Israel atas genosida, pembersihan etnis, dan apartheid di Palestina yang diduduki.

Baca Juga: Bongkar Kejamnya Penjara Israel, Wanita Palestina: Saya Diikat saat Menstruasi hingga Diminta Bunuh Diri 

Dewan Perguruan Tinggi Yale, pemerintah mahasiswa sarjana, menyetujui pernyataan itu awal pekan ini dengan hasil pemungutan suara mendukung 8-3, dengan empat abstain.

Mayoritas mahasiswa di Universitas Yale yang terletak di New Haven, Connecticut tersebut mendukung kebijakan itu

"Sebagai mahasiswa di salah satu institusi akademik paling istimewa di dunia, kita harus menyerukan ketidakadilan di mana pun itu terjadi," kata para mahasiswa, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Middle East Post, Jumat, 2 Juli 2021.

Baca Juga: Menteri Palestina Mengundurkan Diri, Buntut Demo Menentang Presiden Mahmoud Abbas 

Mereka juga mengkritik sikap Israel yang terus melakukan pengusiran terhadap warga Palestina dari Tanah Air mereka sendiri

"Kami menentang penerapan undang-undang yang diskriminatif yang melucuti hak-hak dasar warga Palestina. Kami menentang penggusuran dengan kekerasan terhadap mereka yang hidup di bawah pendudukan di Sheikh Jarrah," katanya.

Pernyataan itu juga menghubungkan perlawanan Palestina yang sah terhadap pendudukan Israel dengan gerakan hak-hak sipil di AS yang melihat orang kulit hitam bekerja untuk membongkar segregasi rasial selama tahun 1950-an dan 60-an.

Baca Juga: Data Mahasiswa Israel Diretas Hacker Pro-Palestina, Nomor Telepon hingga Alamat Rumah Bocor ke Publik 

Banyak yang melihat perbedaan yang jelas dalam pemisahan rasial antara orang Yahudi dan non-Yahudi di Israel dan rasisme legal di Amerika selatan.

Rilis laporan baru-baru ini oleh kelompok hak asasi manusia terkemuka yang menyatakan Israel sebagai negara apartheid telah memperkuat pandangan ini.

"Kami menyerukan kepada siswa Yale untuk mengenali hubungan antara penindasan rasial domestik Amerika dan penindasan kekaisarannya terhadap orang kulit berwarna di seluruh dunia," lanjut para mahasiswa.

Baca Juga: Hamas: Otoritas Palestina Halangi Rekonstruksi di Jalur Gaza 

"Sama seperti militer Israel yang memberlakukan sistem apartheid terhadap warga Palestina, polisi AS memberlakukan sistem supremasi kulit putih terhadap orang kulit hitam Amerika," kata mereka.

Pernyataan itu diadopsi satu setengah bulan setelah sebuah surat terbuka dirilis pada 14 Mei 2021 oleh sekelompok mahasiswa Yahudi Universitas Yale yang menuntut pertanggungjawaban atas Israel.

Lebih dari 50 organisasi mahasiswa dikatakan telah mendukung surat tersebut, termasuk Yale College Demokrat, Yale Women's Center dan Yale Literary Magazine.

Surat itu meminta Universitas Yale untuk bergabung dengan kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) global.

Baca Juga: AS Beri Tindakan Keras pada Aktivis Otoritas Palestina Atas Kematian Aktivis HAM Nizar Banat 

Terinspirasi oleh keberhasilan gerakan anti-apartheid melawan dominasi kulit putih di Afrika Selatan, BDS berupaya untuk mengakhiri rezim apartheid Israel yang telah memasang dominasi Yahudi di Palestina.

Kekhawatiran juga muncul atas meningkatnya penyalahgunaan tuduhan anti-Semitisme untuk membungkam kritik terhadap Israel.

"Kami membayangkan Yudaisme yang secara inheren anti-rasis dan anti-Zionis," bunyi surat tersebut

"Kami tidak akan membiarkan Yahudi dan sejarah perjuangan kami dipersenjatai untuk melakukan pogrom, pembersihan etnis, dan genosida," tambahnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Middle East Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah