Kemenkes Malaysia Sebut Covid-19 Varian Lambda Lebih Bahaya dari Varian Delta, Telah Menyebar di 30 Negara

- 7 Juli 2021, 17:45 WIB
Kemenkes Malaysia sebut Covid-19 varian Lambada lebih  berbahaya dari varian delta yang telah menyebar di 30 negara.
Kemenkes Malaysia sebut Covid-19 varian Lambada lebih berbahaya dari varian delta yang telah menyebar di 30 negara. /Pexels/Anton Uniqueton

 

PR BEKASI - Varian Covid-19 yang lebih ganas daripada varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 30 negara berbeda selama sebulan terakhir.

Kini para ilmuwan khawatir bahwa virus itu mungkin terbukti terlalu kebal terhadap vaksin seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Mashabale pada Rabu, 7 Juni 2021.

Menurut para ahli, varian yang diberi nama strain Lambda atau C.37 berasal dari Peru pada Agustus 2020.

Varian Lambda telah disalahkan sebagai penyebab negara itu memiliki tingkat kematian terkait pandemi Covid-19 tertinggi di dunia.

Baca Juga: Pandemi Disebut 'Ketetapan Allah SWT', Ketum Partai Islam Malaysia: Tak Ada Kekuatan yang Dapat Menentang-Nya

Varian Lambda kini telah ditemukan pada pasien di lebih dari 30 negara. Sementara, sebagian besar infeksi terjadi di Amerika Selatan, sejumlah kasus juga telah dilaporkan di Inggris.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Malaysia mengatakan dalam sebuah tweet pada Senin, 5 Juli 2021, bahwa jenis itu bahkan lebih ganas daripada varian Delta yang merajalela.

"Strain baru yang diduga lebih berbahaya daripada varian Delta telah dilaporkan di lebih dari 30 negara selama empat minggu terakhir," kata Tweet itu.

"Strain Lambda dilaporkan berasal dari Peru, negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia," katanya, menambahkan.

Baca Juga: Malaysia Kewalahan Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19, Dokter: Masih Percaya Konspirasi?

Laporan yang dikutip oleh Peru profesor Pablo Tsukuyama dari Cayetano Heredia University di Lima, Peru, yang mengeklaim bahwa varian baru jauh lebih menular hingga 82 persen dari semua Covid-19 infeksi di negara itu.

Pada akhir Juni, Public Health England (PHE) sebuah badan eksekutif kesehatan pemerintah di Inggris menempatkan varian Lambda dalam penyelidikan dekat karena "ekspansi internasional dan beberapa mutasi penting".

Meski mereka menekankan bahwa tidak ada bukti bahwa Lambda menyebabkan gejala menjadi lebih buruk atau membuat vaksin kurang efektif.

Namun, para ahli dari sudut lain telah menawarkan pernyataan yang kontradiktif, dan menyalahkan mutasi varian yang tidak biasa sebagai alasan mengapa menentukan viralitas dan ketahanan galur baru begitu kompleks.

Baca Juga: Kesulitan di Tengah Lockdown, Dua Wanita Lanjut Usia di Malaysia Kibarkan Bendera Putih di Depan Rumah

"Salah satu alasan mengapa sulit untuk memahami ancaman dari Lambda menggunakan data komputasi dan lab, adalah karena ia memiliki serangkaian mutasi yang agak tidak biasa, dibandingkan dengan varian lain," kata Jeff Barrett , direktur Covid- 19 Genomics Initiative di Wellcome Sanger Institute di Inggris.

Barrett menjelaskan bahwa varian Lambda memiliki pola unik dari tujuh mutasi pada protein lonjakan yang digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel inang manusia, dengan satu mutasi tertentu (L452Q) menjadi perhatian khusus.

Pasalnya, terdapat kemiripannya yang ekstrem dengan mutasi L452R yang telah dicatat dalam varian Delta yang sangat menular.

Selain itu, ilmuwan lain juga menyarankan bahwa strain itu terbukti jauh lebih tahan terhadap vaksin saat ini.

“Data kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa mutasi yang ada pada protein lonjakan varian Lambda memberikan pelepasan antibodi penawar dan peningkatan infektivitas,” kata para ilmuwan dari University of Chile, Santiago, dalam sebuah laporan yang diterbitkan baru-baru ini.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Mashable


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x