China Tolak Rencana WHO Lakukan Penyelidikan Tahap Kedua Asal Usul Covid-19

- 22 Juli 2021, 14:45 WIB
China menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahap kedua penyelidikan tentang asal usul virus Covid-19.
China menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahap kedua penyelidikan tentang asal usul virus Covid-19. /Reuters/Thomas Peter

PR BEKASI - China menolak rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahap kedua penyelidikan tentang asal usul virus Covid-19.

Di mana penyelidikan tersebut mencakup hipotesis bahwa virus Covid-19 bisa lolos dari laboratorium China.

Sebelumnya, WHO bulan ini mengusulkan studi fase kedua tentang asal usul virus  Covid-19 di China, termasuk audit laboratorium dan pasar di kota Wuhan, menyerukan transparansi dari pihak berwenang.

Baca Juga: WHO Sebut Covid-19 Varian Delta Dapat Jadi Dominan dalam Beberapa Bulan Kedepan

"Kami tidak akan menerima rencana penelusuran asal seperti itu, dalam beberapa aspek, mengabaikan akal sehat dan menentang ilmu pengetahuan," kata Zeng Yixin selaku wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional (NHC), dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Kamis, 22 Juli 2021.

Zeng juga mengatakan bahwa dia terkejut ketika pertama kali membaca rencana WHO karena mencantumkan hipotesis bahwa pelanggaran protokol laboratorium Tiongkok telah menyebabkan virus bocor selama penelitian.

Kepala WHO juga sebelumnya mengatakan pada Juli bahwa penyelidikan asal-usul pandemi Covid-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran di sana.

Baca Juga: WHO Kembali Usulkan Misi Penyelidikan Asal Usul Covid-19 dan Audit Laboratorium ke China

Zeng menegaskan kembali posisi China bahwa beberapa data tidak dapat sepenuhnya diberikan karena masalah privasi.

"Kami berharap WHO secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus Covid-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik," kata Zeng.

China juga dilaporkan telah menentang politisasi untuk penelitian tahap kedua ini.

Sementara untuk asal usul virus Covid-19 sendiri masih menjadi perdebatan di antara para ahli.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Berbayar di Indonesia Disorot WHO, Singgung soal Etika Pandemi

Di mana kasus pertama yang diketahui muncul di kota Wuhan di China tengah pada Desember 2019. 

Virus tersebut diyakini telah menular ke manusia dari hewan yang dijual untuk makanan di pasar kota.

Sedangkan Presiden AS Joe Biden memerintahkan para pembantunya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang asal usul yang mengatakan bahwa badan-badan intelijen AS sedang mengejar teori-teori saingan yang berpotensi termasuk kemungkinan kecelakaan laboratorium di China.

Baca Juga: WHO Bereaksi Soal Kabar Thailand Akan Campur Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

Zeng bersama dengan pejabat lain dan pakar China pada konferensi pers, telah mendesak WHO untuk memperluas upaya penelusuran asal di luar China ke negara lain.

"Kami percaya kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan tidak perlu menginvestasikan lebih banyak energi dan upaya dalam hal ini," kata Liang Wannian selaku pemimpin tim China di tim ahli gabungan WHO. 

Selain itu, dia juga menambahkan dengan lebih banyak penelitian pada hewan juga harus dilakukan, khususnya di negara-negara dengan populasi kelelawar.

Baca Juga: WHO Beri 'Peringatan' Negara Kaya, Tak Boleh Pesan Booster Dosis Covid-19 Disaat Negara Lain Masih Membutuhkan

Namun, Liang mengatakan hipotesis kebocoran laboratorium tidak dapat diabaikan sepenuhnya, tetapi dia menyarankan bahwa jika bukti diperlukan, negara lain dapat melihat kemungkinan kebocoran dari laboratorium mereka.

Salah satu bagian penting dari teori kebocoran laboratorium yang berpusat pada keputusan Institut Virologi Wuhan (WIV) untuk menonaktifkan urutan gen dan basis data sampelnya pada 2019.

Ketika ditanya tentang keputusan ini, Yuan Zhiming selaku profesor di WIV dan direktur Laboratorium Keamanan Hayati Nasional, mengatakan bahwa saat ini database hanya dibagikan secara internal, karena kekhawatiran serangan dunia maya.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x