Regulator Uni Eropa Dukung Penggunaan Vaksin Covid-19 Moderna untuk Anak-anak

- 24 Juli 2021, 05:47 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. Pihak regulator Uni Eropa menyatakan bahwa mendukung penuh penggunaan vaksin Covid-19 buatan Moderna untuk anak-anak.
Ilustrasi vaksin Covid-19. Pihak regulator Uni Eropa menyatakan bahwa mendukung penuh penggunaan vaksin Covid-19 buatan Moderna untuk anak-anak. /Pixabay

 

PR BEKASI - Vaksin Covid-19 bagi anak-anak tengah menjadi sorotan sejumlah Pihak di berbagai negara hingga saat ini.

Pasalnya, hingga saat ini vaksin Covid-19 yang tersedia hanya diberikan untuk orang dewasa dan lansia.

Termasuk regulator obat-obatan Uni Eropa, yang kini telah merekomendasikan otorisasi vaksin Covid-19 Moderna untuk digunakan pada anak-anak berusia antara 12 dan 17.

Hal tersebut menandai pertama kalinya vaksinasi Covid-19 telah disetujui untuk orang di bawah 18 tahun.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan DNA Manusia Berusia 25 Ribu Tahun, Nenek Moyang Manusia Asia dan Eropa?

Dalam sebuah keputusan pada hari Jumat, 23 Juli 2021 European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa penelitian pada lebih dari 3.700 anak-anak berusia 12 hingga 17 tahun menunjukkan bahwa vaksinasi Covid-19 itu menghasilkan respons antibodi yang sebanding dengan yang terlihat pada anak berusia 18 hingga 25 tahun.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera pada Sabtu, 24 Juli 2021, EMA mengatakan bahwa penggunaan vaksin Covid-19 Spikevax, akan sama pada remaja seperti pada orang di atas 18 tahun.

Persetujuan resmi oleh Komisi Eropa – badan eksekutif Uni Eropa – diperlukan untuk mulai meluncurkan vaksin untuk remaja. Badan biasanya mengikuti rekomendasi EMA.

Hingga saat ini, vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer dan mitranya di Jerman, BioNTech, telah menjadi satu-satunya pilihan untuk digunakan pada anak-anak berusia 12 tahun di Amerika Utara dan Uni Eropa.

Baca Juga: Menteri Pendidikan Polandia Ikut Dukung UU Anti-LGBT Hungaria, Meski Dikecam 17 Kepala Negara Uni Eropa

Memvaksinasi anak-anak telah dianggap penting untuk mencapai kekebalan kawanan dan mengingat penyebaran cepat varian Delta yang sangat menular.

Sebagian besar anak dengan Covid-19 hanya mengalami gejala ringan atau tidak sama sekali.

Namun, anak-anak tetap berisiko menjadi sakit parah dan dapat menyebarkan virus Covid-19.

Manfaat lebih besar daripada risiko

Pihak Moderna mengatakan pada bulan Mei 2021 lalu bahwa vaksin Covid-19 buatannya terbukti aman dan efektif pada remaja.

Baca Juga: AstraZeneca Digugat Uni Eropa Gara-gara Vaksin Covid-19, Ada Apa?

Seperti diketahui bahwa ratusan juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan kepada orang dewasa.

Selanjutnya, EMA juga mengatakan soal efek samping yang umum pada remaja setelah vaksinasi Covid-19 dengan Spikevax mirip dengan yang terlihat pada orang tua.

Namun, karena ukuran penelitian yang lebih kecil, percobaan tidak dapat mendeteksi efek samping baru yang tidak biasa atau memperkirakan risiko yang diketahui seperti miokarditis dan perikarditis.

“Profil keamanan keseluruhan Spikevax yang ditentukan pada orang dewasa dikonfirmasi dalam penelitian remaja; CHMP (Komite Produk Obat untuk Penggunaan Manusia) karena itu menganggap bahwa manfaat Spikevax pada anak-anak berusia 12 hingga 17 lebih besar daripada risikonya,” kata EMA.

Baca Juga: Keluhkan Distribusi Vaksin Covid-19, Emmanuel Macron Imbau AS dan Uni Eropa Suplai 5 Persen Vaksin ke Afrika

Peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis telah terdaftar oleh EMA sebagai kemungkinan efek samping yang jarang terjadi dari penggunaan vaksin mRNA seperti Moderna dan Pfizer pada orang dewasa.

Dikonfirmasi bahwa vaksin Covid-19 buatan Spikevax sudah digunakan di Uni Eropa untuk orang di atas 18 tahun, dan di Amerika Serikat (AS) dan Kanada.

Moderna juga telah meminta izin di AS dan Kanada untuk penggunaannya pada remaja.

Tetapi dengan persediaan vaksin global yang masih terbatas, sebagian besar dunia masih berjuang untuk mengimunisasi orang dewasa, apalagi anak-anak.

Badan-badan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak negara-negara kaya untuk menyumbangkan dosis mereka ke negara berkembang, di mana kurang dari 2 persen orang telah divaksinasi Covid-19, daripada pindah untuk menyuntik populasi mereka yang kurang rentan.

Namun, hingga kini belum ada penjelasan secara resmi dari regulator Uni Eropa dan WHO soal vaksin Covid-19 apa yang akan diberikan kepada anak-anak.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x