Diplomat Kedubes AS di Jerman Diserang Penyakit Misterius, Diduga Disebarkan oleh Intelijen Rusia

- 19 Agustus 2021, 08:35 WIB
 Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Berlin, Jerman telah diguncang oleh sebuah penyakit misterius yang diduga disebarkan oleh intelijen Rusia.
Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Berlin, Jerman telah diguncang oleh sebuah penyakit misterius yang diduga disebarkan oleh intelijen Rusia. /Wikipedia

 

PR BEKASI – Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Berlin, Jerman telah diguncang oleh sebuah penyakit misterius yang dilaporkan telah menyerang para diplomat AS di sana.

Setidaknya dua pejabat AS yang ditempatkan di Jerman memerlukan perhatian medis setelah mengalami gejala penyakit yang dikenal sebagai Sindrom Havana.

Para diplomat tersebut mengaku mengalami gejala mual, sakit kepala parah, sakit telinga, kelelahan, insomnia dan kelesuan.

Tah hanya di Berlin, penyakit misterius tersebut sebelumnya juga telah dilaporkan di tempat lain dalam beberapa bulan terakhir dan beberapa diplomat mengklaim tidak dapat bekerja karena penyakit tersebut.

Baca Juga: Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban, Donald Trump: Joe Biden Telah Lakukan Hal Gila dan Memalukan Bagi AS

Ini adalah pertama kalinya Sindrom Havana tersebut dilaporkan di negara NATO yang menampung pasukan AS dan senjata nuklir.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh personel Departemen Luar Negeri AS yang ditempatkan di Kuba mulai akhir 2016.

Sejak itu, para diplomat dan perwira intelijen AS yang ditempatkan di seluruh dunia telah mengalami masalah serupa.

Beberapa orang mengklaim gejala tersebut adalah akibat dari serangan frekuensi radio terarah dari Rusia.

Kasus-kasus baru-baru ini dikatakan berasal dari mereka yang menangani isu-isu terkait Rusia seperti ekspor gas, keamanan siber, dan campur tangan politik.

Menteri Luar Negeri AS, Andrew Blinken mengkonfirmasi pada Juni 2021 bahwa penyelidikan untuk mencari tahu siapa dan apa yang menyebabkan penyakit misterius tersebut sedang berlangsung.

Baca Juga: China Marah dan Segera Nyatakan Perang ke AS, Jika Terbukti Puluhan Ribu Tentaranya Ada di Taiwan

Itu terjadi setelah pihak berwenang AS dan Austria menyelidiki kasus lebih dari 20 diplomat AS yang berbasis di Wina mengalami gejala Sindrom Havana.

Kementerian Luar Negeri Austria mengatakan dalam sebuah pernyataan telah menanggapi laporan ini dengan sangat serius dan sejalan dengan peran mereka sebagai negara tuan rumah.

“Kami bekerja sama dengan pihak berwenang AS untuk bersama-sama menyelesaikan masalah ini," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Kamis, 19 Agustus 2021.

Tetapi para pembantu utama Presiden AS Joe Biden diberitahu awal bulan ini bahwa para ahli masih berjuang untuk menemukan bukti untuk mendukung teori utama, bahwa serangan gelombang mikro sedang diluncurkan oleh agen-agen Rusia.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, Ratusan Warga Afghanistan Rela Berdesakan di Pesawat AS Demi Kabur

Sementara Joe Biden tetap bungkam, Dewan Keamanan Nasional telah memulai upaya mendesak untuk mengatasinya, dan dua gugus tugas terpisah sekarang beroperasi.

Satu gugus menyelidiki penyebabnya dan dipimpin oleh CIA, dan yang lainnya berfokus pada penemuan. teknologi komersial yang dapat mendeteksi atau memblokir serangan.

Timothy Barrett, asisten direktur intelijen nasional untuk komunikasi strategis, mengatakan ini adalah prioritas utama bagi komunitas intelijen.

“Kami mendukung upaya yang dipimpin NSC untuk mendapatkan jawaban, menjaga rakyat kami dan mencegah insiden di masa depan,” katanya.

Baca Juga: Sukses Kalahkan AS, Hamas Beri Ucapan Selamat kepada Taliban dan Muslim Afghanistan

Para ahli terus menyelidiki apakah sinar gelombang mikro, yang juga dikenal sebagai senjata sonik, bisa menjadi biang keladinya.

Seorang pejabat AS mengatakan ada kemungkinan bahwa ini dimulai sebagai upaya spionase yang berubah menjadi cara serangan diam-diam.

"Yang membuat frustasi adalah masih belum ada kesimpulan yang pasti. itu akan memungkinkan presiden untuk memanggil Rusia, seperti yang dia lakukan dengan serangan siber,” katanya.

Joe Biden membuat referensi publik yang langka tentang masalah ini dalam pidatonya kepada pejabat intelijen akhir bulan lalu.

Dia mengatakan pemerintah mengkoordinasikan upaya pemerintah untuk menanggapi insiden ini karena tantangan ini menuntut departemen dan lembaga, termasuk seluruh komunitas intelijen, bekerja sama dengan mendesak.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x