"Kalian jelas-jelas memiliki pasukan militer terbaik. Kalian memiliki 300 ribu pasukan bersenjata, melawan 80 ribu orang. Mereka (militer Afghanistan) juga mampu bertempur dengan baik," ujar Joe Biden.
Namun, pada kenyataannya dinilai berbeda, lantaran dalam hitungan beberapa hari, Taliban menggulingkan Militer Afghanistan di berbagai provinsi.
Dalam waktu singkat, wilayah perbatasan berhasil mereka kendalikan yang kemudian mendukung rencana Taliban untuk melakukan serangan penetrasi ke Kabul.
Joe Biden menutup percakapannya dengan Ashraf Ghani dengan mengatakan bahwa Pemerintah Afghanistan harus bisa memainkan persepsi publik soal situasi yang ada. Menurutnya, saat itu, persepsi publik terhadap situasi di Afghanistan kurang baik.
"Ada kebutuhan untuk memberikan gambaran yang berbeda terlepas itu benar atau tidak. Jika seluruh figur politik Afghanistan bersatu, menggelar jumpa pers, dan mendukung strategi militer yang baru, itu akan mengubah persepsi publik," ujar Joe Biden.
Sementara itu, strategi militer itu tak pernah terwujud, pada tanggal 14 Agustus 2021, Taliban menginvasi Kabul dan mengambil alih pemerintahan.
Selanjutnya pada tanggal 15 Agustus 2021, Taliban secara resmi mendeklarasikan bahwa pertempuran telah berakhir dan era baru akan dimulai.
Presiden Ashraf Ghani kabur ke Uni Emirat Arab (UEA) sementara Joe Biden mati-matian dalam tekanan karena dianggap gagal menanganai situasi Afghanistan.***