Bank Dunia tidak melihat dampak jangka pendek dari perubahan iklim, seperti efek dari peristiwa cuaca ekstrim, dan tidak melihat migrasi iklim lintas batas.
Skenario terburuk, di mana sedikit atau tidak ada tindakan kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berinvestasi dalam pembangunan dilakukan pada dekade berikutnya, memperkirakan 216 juta orang akan pindah untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Bungkam Suara Warga Soal Karikatur Charlie Hebdo, Prancis Ancam Akan Deportasi Imigran Muslim
Dalam skenario yang paling ramah iklim, dengan tingkat emisi yang rendah dan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan, dunia masih dapat melihat 44 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Hal tersebut dikatakan oleh spesialis lingkungan utama di Bank Dunia dan salah satu penulis laporan tersebut, Kanta Kumari Rigaud.
“Secara global kita tahu bahwa tiga dari empat orang yang pindah tinggal di dalam negara,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express.
Baca Juga: Tidak Ingin Donald Trump Curang, Pengadilan AS Tolak Keluarkan Imigran Ilegal dari Sensus 2020
Kebetulan, asal para imigran yang diprediksi oleh laporan tersebut sebagian besar berlokasi di Asia Selatan dan Afrika Utara yang akan mulai muncul segera setelah 2030.
Dengan 86 juta pengungsi iklim untuk direlokasi pada tahun 2050, Afrika Sub-Sahara, menurut laporan itu adalah wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Penggurunan saat ini, garis pantai yang rapuh, dan ketergantungan penduduk pada pertanian akan diperburuk oleh perubahan iklim dalam beberapa dekade berikutnya.