Hasilnya, 80 persen cendekiawan mengatakan bahwa kenyataannya akan mirip dengan apartheid.
Baca Juga: Sering Digerebek Tentara Israel, Anak-Anak Palestina Alami Trauma dan Ketakutan Permanen
Survei tersebut tidak memberikan penjelasan mengapa 15 persen dari mereka yang disurvei berpikir bahwa Israel tidak mempraktikkan apartheid sekarang tetapi percaya bahwa itu akan menjadi negara apartheid dalam sepuluh tahun.
Kelompok hak asasi manusia terkemuka, Human Rights Watch dan B'Tselem telah menyimpulkan bahwa Israel memenuhi ambang batas untuk ditetapkan sebagai negara yang mempraktikkan apartheid dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
MESB melakukan putaran pertama survei pada Februari 2021, sebelum penggusuran paksa di Sheikh Jarrah dan serangan terbaru Israel di Jalur Gaza.
Dalam jajak pendapat itu, 59 persen cendekiawan menggambarkan Israel sebagai kenyataan satu negara yang mirip dengan apartheid sementara 52 persen mengatakan bahwa solusi dua negara tidak mungkin lagi.
Baca Juga: Kemiskinan Meningkat Akibat Pandemi, 25 Persen Keluarga Israel Alami Kerawanan Pangan
Dalam waktu beberapa bulan, enam persen lagi menyimpulkan bahwa Israel mempraktikkan apartheid.
"Apa yang menjelaskan peningkatan yang begitu signifikan dalam waktu kurang dari tujuh bulan?," tanya para penulis survei, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Middle East Monitor, Jumat, 24 September 2021.
Mereka mengutip pengusiran paksa warga Palestina dari Sheikh Jarrah dan laporan oleh Human Rights Watch dan B'Tselem sebagai faktor yang berkontribusi.