“Orang bisa menyebutnya permainan membagi dan menaklukkan yang sangat lama. Dia tidak menerima gagasan lapangan permainan yang setara dengan pasar gas nyata di Eropa,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Jumat, 1 Oktober 2021.
“Sayangnya, dia masih memperlakukan gas sebagai senjata geopolitik, bukan sebagai komoditas,” tambahnya.
Yuriy Vitrenko memperingatkan bahwa ini bisa memiliki konsekuensi bencana dan bukan hanya untuk harga gas.
"Skenario terburuk adalah bahwa tidak mungkin ada gas yang mengalir melalui Ukraina, itu akan memungkinkan dia untuk memeras Ukraina sehingga dapat menyebabkan perang skala penuh,” katanya.
“Misalnya, lupakan Krimea, ambil kembali Donbass, wilayah yang diduduki, tetapi dengan persyaratan Vladimir Putin, dan pada dasarnya seluruh Ukraina akan menjadi bagian dari dunia Rusia,” tambahnya.
Baca Juga: Partai Vladimir Putin Unggul pada Pemilu Rusia, Pihak Oposisi Tuding Ada Unsur Kecurangan
Kembali pada tahun 2014, pasukan Rusia menguasai Krimea sebelum mencaplok semenanjung setelah wilayah tersebut memilih untuk bergabung dengan Federasi Rusia dalam referendum lokal yang disengketakan.
Ini mengakibatkan konflik perang yang sedang berlangsung di Donbass, Ukraina timur, antara pasukan separatis yang didukung Rusia dan militer Ukraina, yang menyebabkan lebih dari 14.000 kematian dan 24.000 luka-luka.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengadakan pertemuan puncak dengan utusan dari lebih dari 40 negara pada Agustus untuk menyerukan reklamasi Krimea yang dicaplok Rusia.