Alami Rekor Suhu Tertinggi 38 Celsius, WMO: Kutub Utara akan Alami Peristiwa Ekstrem di Masa Depan

- 15 Desember 2021, 11:36 WIB
Kutub Utara mencatatkan rekor suhu tertingginya dengan suhu 38 derajat celsius selama gelombang panas.
Kutub Utara mencatatkan rekor suhu tertingginya dengan suhu 38 derajat celsius selama gelombang panas. /REUTERS/Stuart McDill

 

PR BEKASI – Kerusakan cuaca di Bumi yang diakibatkan oleh perubahan iklim sudah semakin banyak terlihat.

Baru-baru ini, Kutub Utara yang seharusnya merupakan salah satu wilayah terdingin di dunia malah mencatatkan suhu tertinggi sepanjang sejarah wilayah itu.

Suhu tertinggi di Kutub Utara diketahui tercatat di Verkhoyansk, sebuah kota di kawasan Siberia, Rusia pada 20 Juni 2020 lalu oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Menurut pernyaraan Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas pada Selasa, 14 Desember 2021, WMO mencatat suhu di Verkhoyanks pada saat itu mencapai 38 derajat celcius.

Baca Juga: Bumi Semakin Terancam Perubahan Iklim, Para Ilmuwan Bangun Bunker Anti-Kiamat

Suhu tersebut tercatat selama gelombang panas yang berkepanjangan di tengah kondisi yang rata-rata mencapai 10 derajat Celsius di atas normal untuk sebagian besar musim panas di Siberia.

Profesor Taalas mengatakan bahwa temuan tersebut merupakan sebuah peringatan bagi Bumi menuju kehancuran

"Catatan suhu tertinggi Kutub Utara ini adalah salah satu dari serangkaian pengamatan yang membunyikan lonceng alarm tentang perubahan iklim kita," katanya, dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Al Jazeera, Rabu, 15 Desember 2021.

Verkhoyansk sendiri diketahui terletak sekitar 115 kilometer di utara Lingkaran Arktik (Kutub Utara), wilayah yang termasuk di antara pemanasan tercepat di dunia dan memanas lebih dari dua kali rata-rata global.

Baca Juga: Efek Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan di Australia Meningkat Signifikan dalam 30 Tahun Terakhir

WMO mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa gelombang panas 2020 memicu kebakaran yang menghancurkan, mendorong hilangnya laut besar-besaran, dan memainkan peran utama pada tahun lalu menjadi salah satu dari tiga tahun terpanas dalam catatan.

“Ada kemungkinan, memang kemungkinan besar, bahwa peristiwa ekstrim yang lebih besar akibat perubahan iklim akan terjadi di Kutub Utara di masa depan,” katanya.

WMO telah membuka rekor sejumlah investigasi terhadap cuaca ekstrem saat perubahan iklim melepaskan badai dan gelombang panas yang tak tertandingi.

Karena catatan suhu Kutub Utara adalah kategori baru, data untuk penyelidikan suhu di Verkhoyansk perlu diperiksa dengan catatan lain sebagai bagian dari proses verifikasi yang kuat yang melibatkan jaringan sukarelawan.

Baca Juga: Timur Tengah dan Afrika Utara Terancam Tak Dapat Ditinggali Lagi Akibat Perubahan Iklim

Rekor ini sekarang menjadi rekor resmi di Arsip Cuaca dan Iklim Ekstrim Dunia, semacam Rekor Dunia Guinness untuk cuaca yang juga mencakup hujan es terberat dan kilatan petir terpanjang.

Badan tersebut sudah memiliki kategori untuk Antartika dan harus membuat yang baru untuk Kutub Utara setelah pengajuan pada 2020.

WMO pada tahun lalu juga mencatat rekor suhu tertinggi baru untuk benua Antartika sebesar 18.3 derajat celsius di stasiun penelitian Esperanza Argentina.

Sementara, itu komite WMO juga memverifikasi suhu tertinggi potensial lainnya, termasuk di Death Valley, California pada 2020.

Baca Juga: Perubahan Iklim Ancam Hancurkan Perekonomian Puluhan Negara Miskin

WMO juga berusaha untuk memvalidasi catatan yang dilaporkan untuk Eropa di Sisilia Italia, yang melihat termometer naik ke 48.8 derajat celsius musim panas ini.

“Arsip Cuaca dan Iklim Ekstrim WMO tidak pernah memiliki begitu banyak investigasi simultan yang sedang berlangsung,” kata Profesor Taalas.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah