“Ketika kita memompa karbon dioksida ke atmosfer, apa yang cenderung yang terjadi adalah ini menciptakan efek perembesan global.
Di mana gas rumah kaca memerangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer kita mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan,” kata Siew.
“Ketika Anda memiliki efek akumulasi, dampak jangka panjangnya adalah Anda mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir,” ucapnya menambahkan.
Siew mengatakan bahwa monsun timur laut, yang terjadi di Malaysia antara November dan Maret, biasanya berdampak pada pantai timur semenanjung.
Namun, dia mencatat bahwa banjir tahun ini juga melanda wilayah di tengah semenanjung serta pantai barat.
Baca Juga: Remaja Malaysia Terkena Serangan Jantung Usai Sambangi Wahana Rumah Hantu
“Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim,” kata Siew seperti dilansir dari Channel News Asia.
“Pemerintah (Malaysia) telah mengatakan bahwa banjir adalah peristiwa sekali dalam seratus tahun.
Tapi sejujurnya, selama bertahun-tahun kami telah melihat begitu banyak peristiwa cuaca ekstrem ini terjadi di China, Jerman, dan New York,” tutur dia melanjutkan.